EMPATPULUHTUJUH

4.9K 391 18
                                    

Semua orang di pesantren khawatir dengan hilangnya adik dari ustadz Abi. Umi dengan Abi mengerahkan semua ustadz maupun ustadzah untuk mencari keberadaan Shaqira. Desas desus santri bahwa Shaqira adalah adik ustadz Abi sudah didengar langsung oleh Abi dengan umi tapi itu tidak penting. Sekarang yang paling penting Shaqira bisa ditemukan mungkin nanti umi dengan Abi akan menjelaskan semuanya. Satu jam lebih pencarian Shaqira tak kunjung ketemu. Semua ruangan telah di periksa kecuali toilet perempuan. Mereka tak kepikiran mencari Shaqira ke toilet. Sampai akhirnya Ratna dengan Dewi menemukan Shaqira terkunci di kamar mandi dengan keadaan setengah sadar, ia memapah tubuh Shaqira yang kedinginan menuju rumahnya. Setengah perjalanan ia bertemu dengan Ustadz Abi dan langsung menggendong istrinya ala-ala bridal style. Mukenah yang ia pakai juga setengahnya sudah basah. Toilet yang Shaqira pakai kerannya rusak tidak bisa ditutup, jadi airnya tetap mengalir bahkan sampai menggenang. Melihat itu umi langsung naik membuka pintu kamar ustadz Abi.

"Umi ambilkan minyak kayu putih dulu, kamu buka mukenah Shaqira," titah umi.

"Ambil handuk juga!" sambung umi sambil berjalan keluar. Tangan ustadz Abi gemetar membuka mukenah Shaqira melihat kondisi Shaqira yang pucat kedinginan.

"Us__ta_dz di__ngin."

"Sabar yaa," ucap ustadz Abi sambil menggosok-gosokkan tangan Shaqira dengan tangannya. Umi datang membawa minyak kayu putih.

"Umi, Abi mau buat teh anget dulu."

"Iya."

Ustadz Abi pergi meninggalkan Shaqira dengan umi untuk membuat teh anget. Ia kepikiran apa ini kelanjutan dari teror yang Shaqira alami. Siapa pelaku teror sebenarnya orang luar atau orang pesantren. Mungkin ia akan meminta bantuan Oneng dengan Bayu lagi. Setelah selesai membuat teh ustadz Abi langsung naik ke kamarnya.

"Minum dulu," ucap ustadz Abi. Shaqira sudah mengganti pakaian dan mukenah yang basah tadi.

"Umi keluar dulu ya."

"Iya umi makasih," ucap Shaqira.

"Gak usah terimakasih, ini umi kamu!"

"Hehe iya umi." Umi keluar tersenyum manis melihat ustadz Abi dan Shaqira.

"Ustadz Abi siapa yang tega kunciin Shaqira pintu kamar mandi!" gerutu Shaqira.

"Masih dingin kan?" tanya ustadz Abi mengalihkan pembicaraan, agar Shaqira tidak terbawa emosi.

"Masih," jawab Shaqira terdengar kesal pasalnya ustadz Abi tidak merespon perkataannya.

"Sini tidur!" Merebahkan dirinya di kasur. Shaqira juga ikut merebahkan diri. Ustadz Abi mendekap tubuh Shaqira memberi kehangatan.

"Awas aja kalau Shaqira tau orang nya! Shaqira bakal jadiin sate!" Menggerutu dalam dekapan ustadz Abi.

"Udah tidur aja," ucap ustadz Abi mengelus surai milik Shaqira dengan lembut. Shaqira memejamkan matanya sampai terlelap didekapan hangat ustadz Abi. Sekitar 30 menit ustadz Abi juga ikut terlelap sampai akhirnya ia terbangun untuk menceritakan hal ini pada Oneng dan Bayu. Ia mengecup dahi Shaqira sebelum keluar kamar.

Sekitar 15 menit ustadz Abi berbicara melalui handphone dengan Bayu. Saran dari mereka untuk tetap berhati-hati dan menyerahkan kasus teror ini pada mereka. Ustadz Abi melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya menunjukan pukul 11 malam. Hawa malam yang dingin. Pantas saja hawa nya semakin dingin, ia sedang duduk di sofa rooftop depan kamarnya yang di desain langsung dirinya. Semua halaman pesantren bisa dilihat dari  sini. Handphone nya bergetar menandakan ada panggilan masuk. Tertera nama ustadz Zaki.

"Wa'alaikumussalam."

"Hm."

"Wa'alaikumussalam."

Irit memang, itulah yang menjadi daya tarik santriwati pada ustadz Abi. Cuek namun memiliki sifat lembut yang banyak tidak diketahui orang kecuali orang terdekatnya. Ustadz Abi langsung turun menemui ustadz Zaki di lapangan dekat dengan asrama santri putri. Ustadz Zaki meminta tolong untuk menemani dirinya jaga malam, selain itu jiwa kepo ustadz Zaki meronta-ronta meminta penjelasan tentang apa yang terjadi hari ini.

Assalamu'alaikum, Ust Galak! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang