Di dalam sholat ustadzah Aisyah tidak bisa menahan air matanya, ia harus berusaha fokus dalam sholat hingga salam. Ia berdo'a untuk kebaikan dirinya dan ustadz Abi semoga pernikahan nya dengan Shaqira baik-baik saja. Ustadzah Aisyah menengadahkan tangannya meminta maaf kepada penciptanya dan meminta pertolongan untuk menghilangkan sakit hati ini.
Yaallah maafkan hamba yang tak luput dari dosa ini, hamba telah melakukan kesalahan yang terlalu berharap pada ciptaan mu, hingga sekarang engkau berikan kepadaku ujian ini, sakit hati ini.
Yaallah hilanglah penyakit hati ini, sungguh penyakit ini sangat menganggu hamba, melukai hamba, sedangkan engkau yang paling sayang kepada hamba. Jika yang paling sayang kepada hamba tidak menyembuhkan hamba, lalu kepada siapa lagi hamba harus meminta pertolongan.
Air mata yang terus luruh membasahi pipinya, hingga mata yang sembab semakin sembab, ingus yang sudah tak bisa dihentikan. Bekas tisu yang sudah menumpuk di dekatnya. Dalam hatinya terus mengucapkan istighfar sebagai penguat diri. Ia merebahkan diri di sajadah hingga terlelap.
Ustadzah Ika masuk ke kamar untuk memastikan ustadzah Aisyah di sana, daritadi ia mencari tidak ketemu, sampai-sampai di masjid tidak ada. Tidak seperti biasanya ustadzah Aisyah tidak pergi ke masjid kecuali dalam keadaan sakit.
"Ustadzah Aisyah?" panggil ustadzah Ika dengan lembut, ia khawatir melihat kondisi ustadzah Aisyah yang matanya sembab.
"Hm." Ustadzah Aisyah langsung memeluk ustadzah Ika menangis di sana sampai sesegukkan.
"Kenapa?" tanya ustadzah Ika membelai kepala ustadzah Aisyah dengan lembut. Ustadzah Aisyah hanya diam memeluk tubuh ustadzah Ika semakin erat seakan-akan mencari kekuatan dari sana.
Ia diam memberikan ustadzah Aisyah menenangkan diri untuk bercerita. Ustadzah Aisyah terus menarik nafas untuk menenangkan diri sampai akhirnya menceritakan apa yang terjadi.
"Ustadz Abi udah nikah," ucap ustadzah Aisyah yang terdengar lirih. Ustadzah Ika terkejut timbul banyak pertanyaan, tapi ia tahan biarkan ustadzah Aisyah menceritakannya terlebih dahulu. Terkadang seseorang menceritakan masalahnya itu ingin di dengar bukan di interogasi. Jika seseorang bercerita tentang masalah apapun itu, percayalah ia sudah mempercayai mu, jangan sampai kamu menghianati kepercayaan yang sudah ia bangun pada dirimu. Adapun tipe seseorang yang lebih memendam masalahnya, karena ia rasa orang hanya ingin mengetahui permasalahan nya, tanpa ada rasa peduli sedikit pun.
"Dan istrinya itu Shaqira," sambung nya. Ustadzah Ika semakin terkejut mendengar penuturan.
Hiks
Hiks
Ustadzah Aisyah tak bisa menahan air matanya lagi. Ustadzah Ika terus mengelus punggung ustadzah Aisyah memberi kekuatan.
"Nangis aja jika itu membuat kamu tenang," ucap ustadzah Ika.
"Sakit ustadzah.." ucap ustadzah Aisyah meremas dadanya. Ustadzah Ika diam tidak tahu apa yang akan ia katakan, lebih baik ia diam mendengarkan keluh kesah Aisyah daripada nanti ia salah mengucapkan sesuatu yang akan menyakiti hati Aisyah.
"Tapi gak papa Aisyah kuat! sambungnya melepas pelukan ustadzah Ika lalu tersenyum pedih.
"Aku bangga punya sahabat sekuat ini," ucap ustadzah Ika meneteskan air mata, melihat keadaan ustadzah Aisyah yang tak baik-baik saja.
"Makan yuk pasti belum makan kan?" Ustadzah Aisyah menggeleng.
"Jangan biarkan nafsu menguasai dirimu, aku yakin kamu bisa melewati ini, yang terbaik tidak akan pergi, melainkan akan digantikan dengan yang lebih baik baik banget," ucap ustadzah Ika tersenyum tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum, Ust Galak! (END)
Fiksi RemajaDon't forget follow dulu yaaa sebelum dibaca, Syukron:) Raisya Shaqira Ningsih atau lebih dikenal dengan Shaqira. Seorang gadis yang dijodohkan dengan ustadz yang mengajar adiknya privat mengaji di rumahnya. Namun siapa sangka seorang ustadz ini mem...