KEENAN // DANIEL?

1.3K 82 6
                                    

Malam kian semakin larut. Hembusan angin malam menerpa kulit putih Kayla yang hanya memakai baju lengan pendek.

Pandangannya lurus kedepan. Dengan kedua tangan sibuk memutar-mutar secangkir gelas yang berisi coklat panas itu.

Bayangan seorang laki-laki dengan gaya tengil nya. Kembali memenuhi fikiran Kayla. Kenangan masa lalu yang tak bisa Kayla hilangkan dari fikirannya.

Apa bocil. Mau ngelawan gue? Nggak bakal bisa. Lo kan pendek.

Bang Daniel jangan gitu ya!

Kenapa? Mau marah? Ya bodo amat. Lo kira gue perduli. Ya nggak lah. Siapa lo, penting gitu buat gue?

Gue bilangin bunda sama ayah ya. Biar bang Daniel kena marah.

Cemen. Mainnya adu aduan. Nggak asik lo.

"Bang Daniel," lirih Kayla dengan suara gemetar. Tak terasa air mata nya mulai berjatuhan mengenai tangannya. "Apa lo ada di salah satu jutaan bintang itu bang?" tanya Kayla pada seseorang yang bahkan sudah tidak bisa ia lihat.

Sudah terhitung dua tahun ini sosok Daniel meninggalkan Kayla. Dia pergi tanpa meninggalkan sepatah kata pun untuknya. Bagaimana bisa Kayla mengikhlaskan Daniel? Karena sampai sekarang. Kayla masih berharap bahwa Daniel akan kembali datang untuknya.

"Kalo gue bisa milih. Gue lebih baik pergi sebelum lo. Karena gue nggak bisa sendiri disini. Lo yang selalu ada buat gue. Ayah sama bunda nggak bisa selalu ada buat gue.  Gue butuh lo. Gue mohon balik. Gue mohon," ucap Kayla, tanpa bisa lagi mengendalikan dirinya. Tangisnya pecah malam ini. Bahkan, dia sudah tidak perduli jika Keenan dan Risa mendengarnya.

Siapa pun itu yang mendengar suara tangisan Kayla. Mereka juga pasti bisa merasakan bagaimana rapuh dan pedih nya Kayla tanpa kehadiran Daniel.

Rasa bersalah, dan kerinduan menyatu jadi satu. Dan menjadi kan air mata satu-satu nya alat untuk Kayla mengeluarkan keluh kesahnya.

Tubuhnya malam ini benar-benar bereaksi tanpa bisa Kayla kendalikan. Kayla ingin menyudahinya. Tapi, tubuhnya seperti menolak.

Bahkan, Kayla tidak menghirukan dinginnya malam ini. Fikirannya terlalu kalut. Semuanya terasa berat. Dan Kayla perlu melepaskan itu semua. Walaupun cukup sulit ia lakukan.

"Sayang," panggil Risa dengan suara serak. Tak lupa dia juga memakaikan selimut tebal ke tubuh anaknya itu.

"Bunda," lirih Kayla dengan bibir masih  bergetar. Melihat Risa, dia juga sangat-sangat merasa bersalah.

"Ssst. Anak bunda nggak boleh kayak gini. Kayla yang bunda kenal, itu adalah sosok wanita yang kuat. Yang selalu tegar. Dan nggak nampilin kesedihannya. Iya kan," ucap Risa sambil menyelipkan rambut Kayla ke belakang telinga.

Jujur saja, mendengar suara tangisan Kayla. Benar-benar membuat hati Risa seperti di iris-iris. Dia sudah membiarkan dan mengikhlaskan masa lalu itu. Dan tidak ingin membahasnya lagi.

"Maafin Aku, bunda. Aku bener-bener nggak bermaksud ngebuat bang daniel pergi. Itu semua secara tiba-tiba ada di depan mata aku. Aku kaget, aku bingung, aggak tau harus ngapain. Aku nggak tau bunda. A-aku--."

"Sayang udah. Bunda sama ayah, nggak pernah sekali pun menyalahkan kamu. Bang Daniel pergi, itu semua karena takdir. Tuhan sudah menuliskan takdir bang Daniel seperti itu. Jadi, Ayla nggak boleh. Nggak boleh nyalahin diri Ayla sendiri," jelas Risa dengan kedua mata sudah memerah. Menahan tangis.

Dia tidak tahu, bahwa sampai detik ini. Perasaan bersalah masih menyelimuti anak nya itu. Karena Risa kira, Kayla sudah pelan-pelan melupakan kejadian Daniel dulu.

KEENAN | selesai |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang