KEENAN // KITA BERBEDA

870 52 7
                                    


HAIIII
ALHAMDULILAH HALU NYA SEDANG LANCAR

HAPPY READING GUYS

JANGAN LUPA TINGGALIN KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF NYAAA.
VOTE NYA JUGA JANGAN LUPA.
HEHEHEHE

Note: chapter ini di isi oleh ke-gamon-an Laura dan Yesaya!!!!

***

Akhirnya, hari-hari yang paling di tunggu sudah tiba. Yaitu berakhirnya ujian-ujian yang beberapa bulan ini sudah menguras otak dan fikiran. Dari beberapa pengambilan nilai, ujian sekolah, dan yang terakhir baru saja selesai. Yakni ujian nasional.

Aura bahagia terpancar di wajah para siswa yang langsung ber highfive dengan teman lainnya. Hanya tinggal menunggu hasil akhir mereka di pengumuman kelulusan nanti.

"Gila gila gila. Akhirnya otak gue terbebas dari jeratan soal-soal di luar nalar itu," oceh Zaki yang sibuk memukuli punggung Adam yang ada di sampingnya. Mereka memang seperti saudara kembar yang tak bisa lepas satu sama lain. Istilahnya, dimana ada Zaki ya pasti ada Adam. Dan juga sebaliknya.

"Lah, gue baru tau kalo otak lo ke pake. Gue kira udah jadi rongsokan di dalem sana," sahut Yesa sambil menunjuk ke arah kepala Zaki. Membuat si empu langsung meluncurkan kalimat kasar yang justru membuat Yesa tertawa.

"Gini gini ciptaan Tuhan. Kalo ciptaan China mah udah kelar dari dulu."

"Gimana kalo nanti malam kita rayain?" ucap Adam tiba-tiba.

"Rayain apaan?" tanya balik Yesa dan Zaki bersamaan.

"Ya selesainya masa ujian kita lah. Emang nggak butuh ngerefresh otak lo lo pada?" ucap Adam dengan sedikit kesal.

"Aahhhh. Bener-bener, otak gue butuh penyegaran sih."

"Nah, betul itu. Tinggal nunggu Keenan aja nih. Dimana sih dia?"

"Tadi katanya ke toilet bentar. Ya udah lah, tungguin aja. Nanti juga balik sendiri."

Dan mereka pun kembali membuka obrolan lain. Hingga membuat semua orang menatap nya iri. Ya, iri dengan persahabatan mereka yang tidak pernah retak.

***

Sedangkan di lain tempat. Terjadi sedikit obrolan antara Keenan dan kepala sekolah. Tentu saja tentang rekomendasi kuliah ke Belanda. Keenan memohon agar kepala sekolah memberinya surat rekomendasi beasiswa dari universitas yang sama dengan Brian.

"Tidak bisa Keenan. Bapak ini cuma kepala sekolah. Tidak bisa memberikan surat rekomendasi seperti yang kamu minta. Kenapa kamu tidak langsung bicara dengan kedua orang tua kamu, jika ingin kuliah ke Belanda."

"Kalo saya di izinin, saya nggak mungkin ada di sini sekarang, pak," ucap Keenan frustasi.

"Kalau kamu memang berniat untuk berkuliah ke luar negeri dengan beasiswa. Kenapa tidak belajar dengan tekun seperti Brian. Kamu malah sibuk tawuran kesana kesini. Bapak saja tidak yakin kamu dan teman-teman kamu itu bisa lulus atau nggak," balas nya dengan memijat kedua pelipisnya itu. Frustasi menghadapi siswa macam Keenan. Untung saja orang tuanya cukup berpengaruh di sekolah ini. Jika tidak, mungkin sudah dari dulu Keenan di depak dari sekolah.

"Nggak ada sejarahnya, pak. Semua sekolah pasti akan meluluskan seratus persen murid nya. Mereka nggak akan mungkin mengorbankan citra sekolah hanya karena beberapa siswa yang nggak lulus."

"Kamu ini selalu saja menjawab jika di beri tahu. Sekarang keluar dari ruangan saya. Urusan saya masih banyak. Dan tidak bisa membantu kamu."

Keenan berdecak kesal. Lagi dan lagi, dia gagal untuk pergi kuliah ke Belanda. "Saya akan bilang ke Bram buat mecat bapak."

KEENAN | selesai |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang