5 : Kita belum pernah ...

27 6 2
                                    

    Soobin menutupi wajahnya, lalu mengurut keningnya. Astaga, bagaimana ini? Dia benar-benar bingung, apakah dia harus meminta ijin atau tidak pada Sunbae-nya. Tapi kalau tidak ... ah! Soobin benar-benar pusing! Soobin terus menatap layar handphone-nya. Membaca lagi SMS dari Ryn. Tombol capslock Ryn jebol! Itu tandanya dia sudah sangat marah. Ya! Sangat!

    "Ehm ... " Soobin melirik kearah Sunbae-nya. Dia memanyunkan sedikit mulutnya. Menunduk. Lalu, kembali fokus pada layar monitor.

    "Ini, ini, dan ... ini," Soobin mulai fokus lagi pada sisa pekerjaannya. Dia sebenarnya masih cemas dengan pesan singkat yang Ryn kirim padanya. Tapi dia juga tidak ingin bersikap seakan-akan menyepelekan pekerjaannya. Dia harus memprioritaskan pekerjaannya diatas segalanya. Walau berat. Tapi harus!

    Lalu, tiba-tiba ...
   
    "Kau boleh istirahat terlebih dahulu, jangan terlalu memaksakan dirimu. Kau juga perlu makan. Makan sianglah dulu, nikmati waktumu. Lalu, setelah itu kembalilah dengan energi yang lebih besar, hehe." ucap Sunbae pada Soobin sembari sedikit menyengir. Soobin tentu terkejut, tapi tak lama. Dia lalu berdiri dan berterima kasih pada sang Sunbae. Dia membungkukan sedikit tubuhnya.

    "Gamsahamnida, Sunbae-nim." Soobin pun pergi, sedikit berlari dari ruangan tersebut.

    Sunbae tentu terkejut, melihat Soobin terburu-buru pergi dari ruangan tersebut. Dia sempat terdiam beberapa saat.

    "Ehm, sepertinya tawaranku memang diberikan pada saat yang tepat." Sunbae pun mengangkat sedikit bahunya, pertanda ia tak mau tahu atas apa yang terjadi.

    Soobin berlari semakin kencang menuju pintu keluar. Dia harus cepat-cepat, persetan dengan beberapa pasang mata yang memperhatikannya dengan sorot mata bertanya-tanya.

    "Omo!" pekik seseorang agak keras.

    Sebuah gelas berisi jus pun jatuh berceceran. Dan, juga mengotori celana seseorang.

    "Ya! Apa yang kau lakukan? " seru orang itu.

    Soobin terdiam, sadar akan keadaan saat ini. Dia sudah melakukan suatu kesalahan fatal. Karena terburu-buru, Soobin jadi tidak tahu kalau ada seseorang yang sedang melangkah didepannya. Sial! Ini akan semakin rumit. Tanpa menatap orang yang tadi menjadi korban kecerobohan Soobin, Soobin pun membungkuk dan meminta maaf.
   
    "Ah, jwesonghamnida, jwesonghamnida. Aku benar-benar tidak sengaja, aku sedang terburu-buru tadi, jwesonghamnida,"

    "Soobin~ssi? Kau kah itu? " tanya orang itu.

    Soobin terpaku, masih membungkuk, masih belum menatap orang itu. Lalu, ia sadar dan segera mengangkat wajahnya.

Deg!

    "Woseok?" ucap Soobin setelah melihat wajah orang itu.

    Woseok terpaku. Kemudian memperhatikan Soobin dari atas hingga bawah. Dan, tersenyum sinis setelahnya.

    "Hm, masih dengan gaya kumal mu Soobin~ssi. Astaga, sampai kini pun kau tidak berubah ya! Masih menyedihkan."

    Soobin memandang Woseok dengan tatapan tidak suka. Selalu, selalu seperti itu. Woseok juga tidak pernah berubah.

    Dia Woseok, teman sekelas Soobin semasa SMP. Dia adalah salah satu rival Soobin, dia pintar dan tampan. Namun sikapnya yang sedikit sombong membuat Soobin kurang menyukainya. Persaingan diantara keduanya tentu bukan tanpa alasan. Soobin adalah salah satu siswa yang pintar di sekolahnya. Soobin dan Woseok adalah dua orang siswa yang berebut juara paralel di SMP. Namun, saat itu Soobin berhasil mengalahkan Woseok dengan selisih nilai yang cukup berdekatan. Perbedaan nilai yang kecil tersebut membuat Woseok beranggapan bahwa Soobin hanya beruntung saat itu. Dan hubungan mereka akhirnya benar-benar renggang.

Loslassen [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang