"Soobin, hai, apa kabar?" sapa seseorang yang baru saja ia temui di tangga.
Soobin mendongak, berjarak beberapa anak tangga diatasnya, seseorang yang tak asing tengah tersenyum padanya. Seraya melambai, menyapa dengan hangatnya.
"Hi! Aku baik!" balas Soobin singkat. Kemudian, Soobin naik begitu saja ke lantai atas, melewati sosok itu dengan tak peduli.
"Wah, kau ini, sombong sekali!"
"Bisa tidak, berhenti membuat masalah denganku, Woseok!" teriak Soobin. "Jangan berpura-pura baik denganku, menyapaku, atau apapun yang sama sekali tidak mungkin kau lakukan hanya sebagai salah satu selebrasi kemenanganmu. Karena, kau sungguh tidak tahu diri, Woseok. Kau tidak tahu apa-apa, namun bertindak seperti tahu segalanya. Kau benar-benar sampah!"
"Woah, woah, tenangkan dirimu, Sobat. Kenapa kau begitu marah, hah? Kenapa kau nampak sangat jengkel padaku? Astaga, aku kan hanya mengatakan sesuatu yang terlihat seperti fakta. Benar bukan? Kau harusnya berterima kasih padaku. Lagipula, aku memang mencarimu sejak tadi, untunglah, kita bertemu disini. Kau tahu, aku tidak suka basa-basi dan buang banyak waktu. Jadi, langsung saja, pada intinya." Woseok mengeluarkan sejumlah berkas, itu adalah identitas dirinya dan seseorang.
"Wah, aku memang sangat totalitas. Aku bahkan berhasil mencari berkas ini dalam semalam, aku mencuri ini dengan hebat, haha. Kau tahu, aku curiga pada orang ini. Dia kan yang membawa dan merekomendasikanmu pada PD-nim? Jadi, aku melihat, ya, sebuah benang merah yang samar. Maka, aku coba sambungkan. Aku curi datanya, kubaca, dan wala! Kejutan! Kau sangat beruntung mempunyai teman se dorm yang cerdik sepertiku. Aigo, tentu saja, bagaimana mungkin dia bisa sebaik itu pada orang baru, iya 'kan? Pasti ada alasan! Kupikir tadinya, karena kau adalah 'favoritnya', ah klise sekali. Aku sudah hampir menyerah, ternyata ... harapanku terjawab sudah. Ok, ok, berterima kasihlah padaku nanti, setelah kau baca semua. Aku sangat luar biasa bukan? Satu malam, kau bayangkan! Satu malam saja, aku bisa kumpulkan semua bukti ini! Bahkan tanpa sepengetahuan PD-nim,"
Soobin pun membuka lembaran demi lembaran yang ada, ia terus dibuat terkejut dengan semua yang tertera disana. Di berkas itu ada identitas seseorang, beberapa lembar tulisan tangan, foto dan sebuah gelang.
Gelang yang sama, seperti miliknya. Dulu, ia pikir, gelang itu adalah pemberian ibunya secara khusus untuk ia seorang. Ternyata, ada alasannya. Kenapa Yeonjun dan Beomgyu tidak memiliki itu. Soobin memperhatikan dengan seksama foto-foto buram yang terlampir bersama kertas tulisan tangan. Disana ada dirinya yang mungkin baru berusia 9 bulan, seorang bapak-bapak yang kemungkinan saat itu berusia 30an, Ibunya dan empat orang anak laki-laki. Dua diantaranya mungkin berusia 5 tahun, salah satunya ia rasa tidak asing dengan wajahnya. Itu adalah sosok di berkas ini. Lalu, satu anak laki-laki berusia 10 tahun dan satunya, ini, ini ... siapa? Kenapa wajahnya sangat mirip dengannya?
Tunggu, bukankah ini adalah
...."Kim Mino? Sahabat Yeonjun hyung?"
"Wah, haha. Dunia ini sempit sekali ternyata. Aneh, apa kakakmu tidak menyadari kemiripan kalian?" tanya Woseok.
Air mata mulai mengalir membasahi pipinya. Apa-apaan ini? Ini semua terasa terlalu membingungkan dan tumpang tindih. Ini rasanya seperti menaiki wahana roller coaster, Soobin dihantam dengan begitu banyak kenyataan pahit dan menyakitkan saat ini. Ini terlalu mendadak, Soobin tidak sanggup. Ia tidak mampu melewati ini semua.
Ia menangis, melampar semua berkas itu. Sialan! Woseok benar-benar sudah kelewatan, Soobin pikir, ancaman kemarin adalah hal paling gila yang bisa Woseok lakukan, tapi ternyata Woseok bisa sejauh ini dan segila ini! Dasar iblis!
"Haha, aku tahu semua ini terlalu mendadak bagimu. Ya, jangan salahkan aku, Soobin. Salahkan kakak aslimu, yang membohongimu. Ia sudah mengamatimu sejak lama rupanya, berusaha memperbaiki segalanya, mungkin? Dia pasti merasa bersalah sekaligus senang bisa bertemu kembali dengan adiknya, iya 'kan? Jadi, bagaimana ceritanya? Apakah ... ibumu bercerai dengan tuan Kim setelah melahirkanmu? Tuan Kim seorang duda 'kan? Wah, cinta sejati yang sayangnya tidak bertahan lama, ya? Aku kasihan padamu, Soobin. Jika begini, maka kau ini tetap saja tidak jelas. Kau adalah adik tiri Yeonjun, kau juga adik tiri dari pria itu. Maka, siapa yang akan mengakuimu, Soobin? Kau tidak memiliki ikatan darah dengan siapapun sekarang. Haha, kau memang pantas dibuang rupanya. Seperti biasa,"
Soobin mengepalkan tangannya, lalu berdiri dan melangkah menjauh dari sana dengan cepat. Woseok terus memanggilnya dengan diselingi tawa kemenangan.
Lalu, ia berhenti tertawa. Merogoh kantongnya, mencari kontak Soobin. Meneleponnya.
Soobin yang tadinya ingin acuh dengan panggilan tersebut, lalu tanpa sadar malah menjawabnya. Ia sudah sangat kacau sekarang. Persetan siapa yang memanggilnya, ia akan langsung mematikannya.
"Ah, jangan matikan! Aku hanya mau memberi tahu, cek kakao mu. Aku kirimkan sebuah video, aku yakin, itu akan membuatmu yakin untuk mundur dari line up debut. Jangan bertanya aku dapat dari mana, haha, karena jika aku sudah merasa ditantang maka aku bisa melakukan segala hal untuk menghancurkan kemenangan lawan"
Woseok kini bisa merasakan angin kemenangan tengah berhembus dengan sejuk kearahnya. Woseok benar-benar sudah hilang akal.
"Maka dari itu Soobin, jangan sekali-kali meremehkan dan menantangku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Loslassen [OPEN PO]
Fiksi Penggemar|| Genre : Angst, Drama || (Tersedia di Shopee Doveline Publisher) [SEBAGIAN PART DIHAPUS UNTUK PENERBITAN, PART SPESIAL DAN ENDING ASLI ADA DI NOVEL] Loslassen berasal dari bahasa Jerman yang berarti menghilang. Tak ada satupun orang yang sanggup...