"Ayo, sadarkan dia kawan! Hahaha." Ucap lelaki itu sambil menginjak tubuh siswa itu. Seragamnya sudah penuh dengan tanah dan beberapa sobekan. Tubuhnya kini lecet disana-sini. Siswa itu tak mampu berbuat banyak.
Nahas, ia pikir hari ini semua akan berjalan dengan baik. Ternyata, hari baik memang hanya khayalan semata untuknya. Tak pernah ada hati baik atau hari yang cerah untuknya. Semua orang pun seperti biasa, hanya bungkam dengan pembulian tersebut. Mereka tak mau terseret masalah dengan terlibat lebih jauh. Mereka hanya mampu meringis atau menggigit bibirnya karena miris dengan nasib siswa tersebut. Ya, itu yang dilakukan mereka dengan hati yang besar. Itu adalah tindakan maksimal yang bisa dilakukan. Tak ada yang lain. Bagi yang tak punya hati, tentu mereka akan acuh bahkan menikmati pembulian itu layaknya menonton sebuah drama.
Kemana para guru? Entahlah. Sepertinya mereka terlalu sibuk dengan tumpukan berkas atau bermain handphone dengan dalih ada banyak hal yang harus dikerjakan. Padahal, meteka hanya memanfaatkan wifi sekolah dan mengunggah kegiatan mereka di sekolah dengan caption "Ah, lelah sekali. Banyak tugas anak-anak yang harus diperiksa." atau "Semangat mengajar untuk hari ini!". Haha. Realita yang menyakitkan. Mereka memang sosok yang inspiratif. Namun, untuk mengatasi hal semacam pembulian ini, tampaknya karisma mereka langsung runtuh seketika. Nyatanya, mereka tak mampu berbuat banyak. Saat ada laporan ke ruang BK nantinya, mereka yang masih berhati malaikat akan mengatakan "Maaf Bapak-Ibu, atas kelalaian kami. Kami mengaku salah atas pembulian yang terjadi. Lain kali kami akan menindak tegas siswa-siswi seperti ini." Lalu, bagi yang berhati iblis akan berkata, "Mereka adalah anak-anak remaja. Saya pikir, wajar mereka melakukan ini. Tolong jangan dianggap serius, apalagi anak Bapak-Ibu adalah seorang pemuda. Mereka melakukan ini, mungkin sebagai pencarian jati diri. Pemuda harus mampu membela dirinya sendiri bukan?"
Gila? Ya, dunia memang segila itu. Yang berhati malaikat pun kadang datang disaat yang tidak tepat, bahkan terlambat. Pada akhirnya, harus ada korban yang jatuh terlebih dahulu untuk bertindak. Jujur, siswa itu —Beomgyu— tidak ingin jadi korban yang jatuh.
Beomgyu sangat lelah, ia lelah dengan semua pembulian ini. Dulu, ia sudah berkali-kali melaporkan hal ini pada gurunya. Namun, tak ada perubahan. Mereka semua hanya mengatakan, "Tentu, kami akan menindak-lanjuti hal tersebut." Dan bisa ditebak, tak ada yang berubah. Justru semakin menjadi. Ia tetap menjadi samsak kumpulan pemuda itu dikala mereka butuh hiburan atau sekadar penghilang stress dan amarah. Secara sengaja, mereka bisa saja melakukan beragam cara untuk membulinya.
Alasan yang klasik mereka jadikan senjata. "Kau menyebalkan", "Kau menjijikan, itu membuatku ingin menamparmu! ", "Kau terlalu pemimpi ingin jadi artis, sadar wajah kampunganmu itu!", "Kau hanya sampah, jangan banyak bermimpi. Aku menghajarmu untuk mengembalikan isi kepalamu!" Itulah deretan alasan yang mereka katakan untuk membulinya.
Segala macam cara membuli tampaknya juga sudah Beomgyu dapatkan. Dari mulai makanannya yang dengan sengaja ditumpahkan ke lantai, makanan bekas mulut kotor mereka yang dituangkan ke makanan Beomgyu, Susu yang ditumpahkan ke kepalanya dengan alasan terpeleset, Ia yang disandung agar semua makanannya tumpah, menaruh lem kayu di kursinya agar ia menempel dengan kursi, dan masih banyak yang lain.
Apakah ada yang benar-benar peduli atas apa yang terjadi padanya? Tentu tidak. Tidak ada satupun. Beruntung ia tidak dikenal anak kelas lain sebagai si udik yang terbuli. Nasib malangnya hanya diketahui teman sekelasnya. Ya, mungkin ia bisa menganggap itu sebagai suatu keberuntungan. Karena jika kelas lain tahu, ia pikir list pembuli-nya akan langsung meningkat pesat. Ayolah, siapa yang tidak tertarik membuli anak lemah sepertinya? Itu menyenangkan bukan?
"Hentikan!" bentak sang ketua kelas, Min Hyun.
Para pembuli itu terdiam seketika, tersenyum licik dan kemudian mengangkat tubuh Beomgyu. Beomgyu tampak payah saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Loslassen [OPEN PO]
Fanfiction|| Genre : Angst, Drama || (Tersedia di Shopee Doveline Publisher) [SEBAGIAN PART DIHAPUS UNTUK PENERBITAN, PART SPESIAL DAN ENDING ASLI ADA DI NOVEL] Loslassen berasal dari bahasa Jerman yang berarti menghilang. Tak ada satupun orang yang sanggup...