6- Masa lalu

72 62 22
                                    

Bismillah. Happy Reading 🤍
Sorry, update nya agak kemaleman.

Deg!

Kenapa ada dia disini? - batin Lini

Kedua sudut bibir yang tadinya terangkat membentuk senyuman sempurna, seketika berubah datar. Mata Lini terasa panas, dan terdapat cairan bening menggenang yang berusaha ia tahan agar tidak tumpah. Entah apa yang membuat hatinya sangat sakit saat ini. Laki-laki yang baru saja datang itu? Siapa dia sebenarnya? Apakah Lini mengenalnya?

Sedangkan di depan pintu, terdapat laki-laki yang juga tak kalah kaget ketika melihat gadis didepannya yang duduk dengan kepala menunduk.

"Ngga! Lo ngapain diem aja disitu, sini lah. Udah gue tungguin dari tadi juga," Panggilan dari Arga mampu membuyarkan lamunan laki-laki yang masih tetap berdiri didepan pintu.

Laki-laki itu mengerjapkan matanya, lalu beralih menatap Arga, "Eh-I-ya, Mas." ucapnya lalu berjalan ke arah Arga.

Lini segera menyekat cairan bening yang sudah hampir memenuhi matanya agar tidak tumpah. Gadis itu tak ingin jika orang-orang tahu kalau saat ini ia sedang menangis, Lini tidak suka itu. Apalagi didepan orang yang sudah menyakitinya, gadis itu tak mau terlihat lemah.

Setelah dirasa matanya sudah kering, gadis itu menarik nafas, lalu menghembuskanbya pelan. Ia segera menyelesaikan tujuannya di ruangan itu dan segera pamit untuk pulang.

"Kak, kita kesini cuma mau nyerahin formulir aja, kita langsung pamit ya. Buru-buru soalnya." ucapnya berusaha baik-baik saja.

Zidan yang tadinya tengah mengobrol dengan Arga, seketika menoleh, "Oh iya, Lin, nanti kalau ada info lanjutan saya kabari lewat chat ya." Ucapnya.

Lini dan Felli mengangguk bersamaan, "Terimakasih, Kak. Kita pamit ya," Ucap Lini, "Assalamualaikum." Ucap Lini dan Felli bersamaan.

"Wa'alaikumussalam."

Sedangkan di luar ruangan, Felli yang sedari tadi bingung dengan tingkah Lini pun mulai bertanya "Lin, emang lo buru-buru mau kemana sih?" Tanyanya.

Lini yang sibuk mengikat tali sepatunya sekatik mendongak lalu menegakkan tubunnya, "Eungg, gu-e tadii.. ee.. nyokap kirim pesan katanya gue disuruh pulang Fel." Ucapnya berbohong.

Melihat mata Lini yang sembab seperti orang yang habis menangis, Felli kembali bertanya penuh curiga, "Lo habis nangis ya?" Tanyanya seraya menatap lekat wajah Lini.

Lini mencoba mengelak, "hah!? Eng-gak, siapa juga yang nangis. Tadi mata gue kelilipan mangkanya merah." elaknya.

Felli mengagguk percaya, "Ohh, yaudah kalo gitu, yok pulang!" Ucapnya lalu dua sejoli itu segera berjalan menuju parkiran.

--

Sekitar pukul 4 sore tadi, Lini sudah sampai di rumah bernuansa putih milik keluarganya. Alasan dia pulang karena di suruh Karin adalah bohong, bahkan saat ini tak ada satu orang pun di rumah itu. Sepulang kuliah tadi, gadis itu tak langsung mengganti pakaian dan mandi. Ia malah berlari menuju taman belakang sembari menangis. Saat ini, gadis itu tengah duduk seorang diri di sebuah kursi besi yang ada di taman dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir, padahal sudah beberapa kali tangan putih mulus itu menyekatnya.

"Ke-napa gue harus ketemu lagi sama dia? kena-paaa? Hiks.." Teriaknya dengan suara sesenggukan.

Sebenarnya apa yang membuat Lini seperti ini?

Flassback on

1 tahun lalu

"Lin, cafe ini cocok banget deh buat ngerjain tugas. Rekomendasi dari lo emang ga pernah gagal" ucap seorang gadis berambut hitam sebahu.

LINIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang