11- Bercerita

63 54 17
                                    

Bismillah. Happy Reading 🤍

"Tidak ada cinta yang salah, cuma kadang waktunya aja yang kurang tepat"

Pukul 07.00

Cuaca di hari sabtu pagi ini berbeda dari hari-hari sebelumnya. Pagi yang biasanya selalu disambut dengan cahaya sang fajar, kali ini disambut oleh awan hitam yang menyelimuti awan. Cuaca pagi ini sepertinya sangat bersahabat dengan suasana hati gadis yang saat ini tengah duduk dikursi belajarnya dengan kuas yang sibuk menari-nari diatas kertas putih tanpa garis itu.

Dari jam tiga pagi tadi, Lini sudah terbangun. Semalam sekitar jam sembilan ia sudah tertidur karena matanya terasa sangat lelah sehabis menangis selama kurang lebih satu jam, bahkan sampai saat ini matanya masih terlihat sembab.

Tadi, setelah melakukan beberapa pekerjaan rumah, Lini berniat untuk melukis untuk mengisi waktu kosongnya. Semenjak Lini masuk kuliah, ia sudah hampir tidak pernah memegang pensil, kuas dan kertas lukisnya itu. Jadi karena hari ini ia libur kuliah dan tidak ada jadwal keluar, maka ia memutuskan untuk kembali sibuk dengan benda-benda yang menjadi pengembali mood ketika moodnya sedang tidak baik seperti sekarang.

"Selesai" ucapnya ketika merasa lukisan pemandangan perkotaan dengan gedung-gedung tinggi itu telah ia selesaikan.

Setelah itu, ia segera berdiri dan mencari sesuatu di dalam laci meja yang berada di samping tempat tidurnya.

"Nah, ketemu" ucapnya ketika menemukan benda yang dicarinya, yaitu sebuah solatip kertas berwarna cream.

Lini mengambil lukisannya diatas meja dan menempelkan solatip di bagian atasnya, setelah itu ia memajang lukisan itu di dinding kamarnya. Jangan ditanya lagi, kamar Lini memang sebelas-duabelas dengan ruang pameran seni, ada banyak sekali tempelan lukisan dan tulisan di dindingnya. Sangat cantik.

"Cantik" ucapnya memuji karyanya dengan lengkungan senyuman yang terlukis di wajah cantiknya.

Sederhana memang, hanya dengan melukis Lini mampu melupakan semua kesedihannya.

---

Sedangkan di tempat lain, kini ada sekumpulan laki-laki yang tengah berkumpul sembari berdiskusi santai. Diantara laki-laki itu terdapat Zidan, Rendi, dan Arga. Mereka tengah berada disalah satu cafe yang tak jauh dari kampus. Awalnya, niat mereka hanya ingin ngopi santai setelah selesai dengan perkuliahan masing-masing. Tapi karena mereka satu organisasi, alhasil sedikit atau banyak pasti akan ada suatu diskusi didalam perkumpulan itu.

" Sekarang gue tanya, menurut kalian cantik itu relatif atau ada ukurannya? Lo dulu deh Ren" Celetuk Arga sembari telunjuknya menunjuk ke arah Rendi.

"Ya kalo menurut gue, cantik tu relatif lah. Karena seseorang yang kita anggap cantik belum tentu dianggap cantik juga bagi orang lain. Sebaliknya, yang bagi orang lain cantik belum tentu juga kita menganggapnya cantik" ucap Rendi.

"Oke, sekarang lo Dan" kini gantian Rangga menunjuk Zidan.

"Cantik itu..bisa relatif seperti yang lo bilang Ren, tapi bisa juga ada ukurannya sih kalau menurut gue. Kerena kita bicara zaman sekarang aja ya, orang yang dinilai cantik adalah dia yang putih, langsing, manis, glowing, dll. Ya emang ga semua, tapi hampir semua. Agak sakit sih, tapi ya kita bicara kenyataannya aja" ucap Zidan dengan nada santai.

"Simplenya, kalau menurut gue cantik tu kaya cewek gue HAHAHAHA" imbuhnya sembari tertawa.

"Sa ae lo Dan" celetuk Arga sembari tangan mendorong tubuh Zidan.

Mendengar perkataan terakhir Zidan, Rendi seketika mengingat kejadian yang ia lihat semalam di restoran dan ia segera menyakan tentang apa yang ia lihat kepada sang empu.

LINIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang