30- Penolakan

46 31 15
                                    

Bismillah.
Happy Reading🤍

-

"Perihal kebahagiaanmu, aku tidak akan menyerah."

-

"Gue suka sama, Lo, Kak."

Zidan tercekat mendengar satu kalimat yang keluar dari mulut gadis didepannya, "lo-o, bercanda?" Ucapnya.

Lini menggeleng cepat, "gue serius" Balasnya, "Gue suka sama lo dari awal gue ketemu sama lo waktu lo tabrak gue" Lanjutnya.

Zidan semakit membulatkan matanya mendengar segala penuturan Lini, bagaimana bisa gadis itu menyukainya? Padahal gadis itu tahu kalau dirinya sudah memiliki seorang kekasih.

"Tapi, lo tau gue-"

"Iya, gue tau," Lini memotong perkataan Zidan ia paham apa yang dimaksudkan laki-laki itu. Lini melanjutkan ucapannya, "Gue ga maksa lo untuk bales perasaan gue sekarang. Tapi.. izinin gue buat perjuangin cinta lo, Kak." Pintanya dengan suara memelan.

Zidan menelan Salivanya mendengar permintaan Lini, "Tapi gue udah punya Revi, Lin.." Ucapnya pelan.

"Gue tau, Kak. Tap-pi..." Lini menahan ucapannya.

"Tapi apa?"

Lini diam beberapa detik memikirkan apa yang akan ia katakan, lalu ia menghembuskan nafasnya pelan, "Revi udah selingkuhin lo dua kali, Kak," Ucapnya pelan.

Zidan terkejut mendengar jawaban dari gadis didepannya, bagaimana bisa gadis itu tau tentang perselingkuhan Revi, Zidan tak pernah bercerita dengan siapapun tentang masalah itu, bahkan pada sahabat dekatnya sendiri.

"Lo-o tau darimana?"

Lini menelan Salivanya dengan susah payah, lalu dengan ragu, ia mendongak menatap Zidan, "ga penting gue tau dari siapa, yang jelas gue tau kalo Revi udah nyakitin lo berkali-kali, Kak." Ucapnya penuh penekanan.

Zidan beralih menatap ke arah lain sekilas, karena memang apa yang dikatakan Lini itu benar, tapi laki-laki itu juga tak bisa membohongi perasaannya sendiri, cintanya pada Revi jauh lebih besar dibanding rasa sakit yang ia terima. Bahkan, dulu Zidan sudah hampir ingin mengakhiri hubungannya, tapi tetap saja, hati kecilnya tak mengizinkan itu.

"Kak," Panggilan dari Lini itu mampu membuyarkan lamunan Zidan dan membuat laki-laki itu beralih menatap dirinya.

"Kenapa lo bertahan dengan orang yang ga pandai bersyukur punya lo, Kak?" Ucap Lini penuh penekanan, "Masih banyak cewek yang tulus cinta sama lo."

"Gue ga bisa"

"Kenapa?"

Zidan diam beberapa detik, lalu mulai berbicara, "Rasa cinta gue lebih besar dibandingkan rasa sakit yang gue rasain." Balasnya.

Lini menunduk seraya menghembuskan nafas pasrah. Gadis itu semakin tak yakin dengan keputusannya. Balasan dari Zidan itu mampu menghancurkan semua harapannya untuk bisa mendapatkan hati laki-laki pujaan hatinya itu.

"Tapi apa gue boleh tetep merjuangin cinta lo, Kak?" Tanyanya sekali lagi.

Zidan menggeleng pelan, "Jangan, Lin." Balasnya, "Jangan nyakitin diri lo sendiri dengan merjuangin cinta gue. Gue gaakan bisa bales."

Lini tercekat dengan jawaban yang diberikan Zidan, nafasnya sesak, dan matanya mulai memanas, sakit sekali rasanya. Gadis itu pikir tak akan sesakit ini ketika ditolak, tapi nyatanya tidak, ini sangat sakit, bahkan bukan cuma perasaannya, dadanya pun terasa nyeri saat ini.

LINIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang