19- Terungkap

59 51 21
                                    

Bismillah
Happy Reading 🤍

-

-

"Dia penghianat! Dia jahat! Gue benci sama dia!"

Pasti kalian berpikir bahwa yang berteriak itu adalah Rendi, tapi nyatanya tidak. Gadis yang sedari tadi hanya diam itu kini mulai mengangkat suaranya. Lini, ia meneriakkan kata perkata itu dengan wajah yang masih menunduk.

"IYA! REVI JAHAT KAK! REVI JAHAT!" kini Lini mulai mengangkat wajahnya dan tanpa ia sadari cairan bening kini telah membasahi wajah cantiknya.

Entah apa yang membuatnya seberani ini mengungkapkan semuanya. Ia lelah dengan trauma yang tak kunjung berakhir ini, ia hanya ingin tenang. Ia sudah mencoba berdamai dengan semuanya, tapi nyatanya tidak semudah itu.

Lini berjalan mendekati Zidan. Kini ia berdiri tepat di hadapan laki-laki yang telah mengisi separuh ruang di hatinya itu. Lini berdiri seraya menatap Zidan dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir, bahkan semakin deras.

"Kak Zidan mau tau, kenapa gue bilang dia jahat?" Lirihnya dengan suara bergetar.

Sebelum melanjutkan perkataannya, Lini segera mengusap air mata yang telah membasahi pipinya, ia mengusapnya hingga benar-benar kering.

Sedangkan Zidan, ia hanya mampu diam menatap gadis yang tengah berdiri di hadapanny saat ini. Ia hanya mampu mendengarkan kata-perkata yang akan dikeluarkan gadis itu, ia benar-benar bingung tentang apa yang terjadi sebenarnya.

"Dia dulu sahabat gue, Kak. Sahabat terbaik gue dari kecil. Bahkan udah kaya saudara gue sendiri" Ucap Lini mulai menceritakan.

"Gue tau latar belakang keluarga dia yang mungkin kurang harmonis. Orang tuanya cerai, dan gak lama ayahnya meninggal. Gue yang tau itu, merasa iba sama dia dan berusaha buat selalu ada buat dia, selalu ngelakuin apa yang sekiranya buat dia bahagia layaknya gue bahagiain diri gue sendiri. Bahkan nyokap bokap gue udah anggap dia kaya anaknya sendiri"

Tanpa sadar, air mata yang tadinya sudah Lini usap hingga kering, kini mulai mengalir deras lagi. Jujur saja, di lubuk hatinya yang paling dalam, Lini masih sangat menyayangi Revi hingga saat ini. Jika saja Revi tidak menghianatinya, gadis itu mungkin masih menjadi sahabatnya hingga sekarang.

Lini meneruskan, "Hingga pada satu hari, gue mergokin dia selingkuh sama cowok gue. Dan lebih parahnya, mereka selingkuh dibelakang gue udah hampir 5 bulan, dan gue gaada curiga sama sekali. Mereka udah bikin gue ngerasa jadi orang paling bodoh, bahkan sampai saat ini gue sulit buat percaya sama orang lain"

Zidan kini mulai menatap Lini iba. Zidan tau rasanya dikhianati oleh orang yang kita sayang itu sakitnya seperti apa. Tapi saat ini ia lebih memilih diam seraya menunggu semua penjelasan dari gadis di hadapannya itu.

"Bahkan sampai sekarang, dia ga pernah nemuin gue hanya buat sekedar minta maaf. Gue gak tau apa kesalahan yang udah gue perbuat, sampe dia kayaknya benci banget sama gue, Kak."

Kini ia kembali menatap Zidan, "Gue tau dia pacar lo, Kak. Gue tau lo sayang banget sama dia. Gue cerita kaya gini sama lo, bukan karna gue pengen hubungan kalian hancur. Bukan itu maksud gue"

"Tapi karna sikap lo dan yang lain seakan-akan Revi itu sempurna bak dewi, jujur aja itu bikin gue mikir kalo Tuhan rasanya ga adil sama gue. Orang yang udah nyiptain trauma besar buat gue malah bisa sebahagia ini, sedangkan gue harus hidup dengan trauma yang dia ciptain selama ini"

"Gue orang yang bener-bener benci penghianatan dan kebohongan. Mungkin buat lo dan orang lain ini hal yang biasa, tapi buat gue yang mudah depresi dan sulit ngelupain hal kecil, hal kaya gini ngga biasa. Apalagi ini dilakuin sama orang yang bener-bener gue percaya selama bertahun-tahun ,dan-" ucapan Lini terputus oleh teriakan seseorang yang terdengar dari arah pintu.

LINIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang