15- Luka baru

59 53 16
                                    

Bismillah.
Happy Reading 🤍

"Tuhan mempunyai rencana yang indah dibalik semua luka. Tapi kali ini, aku benar-benar tak paham dengan segala rencana-Nya"

- Linia Davira Henska

Revi? - Batin Lini.

Setelah Zidan menyelesaikan panggilannya dengan seseorang di telfon, ia lalu segera mengajak Lini untuk pulang. Sedangkan sang empu, kini masih terdiam membisu dengan tatapan lurus ke depan. Zidan yang melihat itu seketika bingung dan menepuk bahu Lini pelan untuk menyadarkannya.

"Lin" ucapnya pelan.

Lini yang merasa ada yang menepuk pundaknya seketika mengerjapkan matanya kaget.

"Eh iya Kak?"

"Lo kenapa diem aja? Gue ajak ngomong ga nyaut"

"Hah!? Ee- tadi ngelamun kali gue, Kak. Yaudah yuk pulang" Balasnya mencoba mencari alasan.

Zidan hanya mengangguk mendengar penuturan Lini, lalu mereka segara pergi mengambil motor masing-masing.

"Lo bisa pulang sendiri kan?" Ucap Zidan sebelum menancapkan gas motornya.

"Bisa kok, Kak"

"Oiya jangan lupa besok ikut rapat ya"

"Iya, Kak"

"Oke, gue duluan ya, ada urusan soalnya" Ucap Zidan yang dibalas anggukan oleh Lini.

Zidan segara menyalakan motornya dan pergi meninggalkan Lini yang masih diam dengan tatapan sendu melihat Zidan yang semakin menjauh dari jangkauannya saat ini.

Gue harap, gue salah lihat tadi - Batinnya.

---

"Kak! Kamu cari adik kamu gih! Ini udah jam segini tapi dia belum pulang juga. Hujan juga udah reda dari tadi" Ucap Karin yang khawatir dengan keberadaan puteri bungsunya saat ini.

"Tadi temen Rendi udah ngabarin kalo dia sama Lini, Ma. Lini juga pasti langsung pulang kok. Mungkin disana masih hujan kali"

"Jarak rumah kita sama supermarket tu ga jauh, yakali beda cuaca. Kamu jangan alasan aja deh, Kak! Ayo cepet cari adek kamu, Mama tu khawatir"

Rendi yang mendengar paksaan Karin seketika mendengus kesal. Bukan dia tak mau menjemput adiknya, tapi motornya tengah diperbaiki di bengkel saat ini. Mobil? ia memang mempunyai mobil, tapi sangat malas rasanya harus mengeluarkannya dari garasi. Apalagi jalan pasti sangat becek sekarang karena hujan.

Dengan langkah terpaksa, Rendi segera mengambil kunci mobil di dalam laci dan berjalan keluar rumah. Ketika baru akan membuka pintu garasi, ada suara deru motor dengan cahaya terang yang memasuki gerbang rumahnya, dan itu adalah motor adiknya, Lini.

"Akhirnya pulang juga ni anak" Gerutunya sedikit kesal.

"Bukain garasinya donggg" pekik Lini.

"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue?"

"Ish! Gue adik lo yang paling cantik! Cepetan bukain, Kak.." Balas Lini dengan pede yang dibarengi dengan rengekannya.

"Gue ga denger kata TOLONG tuh!" Ketus Rendi sembari melipat tangan di bawah dada.

Lini yang lelah berdebat dengan kakaknya seketika menyerah dan mengeluarkan kata-kata manisnya.

"Kak Rendi yang paling baik, ganteng, dan tidak sombong. TOLONG bukain pintu garasinya donggg, gue mau masukin motor nih" Ucapnya dengan nada lembut, sangat lembut.

LINIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang