7- Hantaman kedua

62 61 18
                                    

Bismillah.

Huhu, sorry telat update. Karna ada acara kampus 2 hari berturut-turut jadinya ga sempet nulis hehe.
Sekarang disempetin kok xixi.
Happy Reading🤍

Pukul 04.00

Allahuakbar Allahuakbar..

Suara adzan yang bersumber dari masjid besar yang terletak tak jauh dari rumah Lini, mampu membuat sang empu yang sedari tadi bergelut dengan mimpi kini bergeliat dari tidur nyenyaknya. Semalam ia tidur sangat awal, lebih tepatnya ketiduran karna terus menangis. Alhasil saat ini ia terbangun dalam keadaan mata sembab.

"Eunggggg.." pekiknya sembari bergeliat melemaskan otot-otot tubuhnya.

"Duh mata gue berat banget kebukanya" gumamnya sembari tangan mengucek-ngucek mata.

Setelah sekian menit mencoba membuka mata dan mengembalikan nyawanya, Lini segera turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Pukul 05.00

Lini turun dari kamarnya karna suara dentuman wajan dan alat-alat dapur lainnya yang berasa dari dapur sudah terdengar. Benar, disana sudah ada mama karin yang tengah sibuk memasak nasi goreng untuk sarapan.

"Mama tadi malem pulang jam berapa?" Suara Lini itu mampu membuat mama karin yang sedari tadi fokus dengan penggorengan kini menoleh.

"Eh kamu udah bangun dek, mama kemarin pulang jam 9, tapi kata kak Rendi kamu udah tidur" jawab mama karin sembari tangan masih sibuk dengan penggorengan.

"Lagian tumben kamu udah tidur?" Imbuhnya dengan tangan sembari mematikan kompor. Lalu dia berjalan menuju Lini yang duduk di kursi dapur.

"Eh mata kamu kenapa? Kamu habis nangis dek?" Tanyanya ketika sadar ada yang aneh dengan mata putri bungsunya, sangat sembab.

"Hah? I-iya ma semalem nangis gara-gara nonton drakor hehe" ucap Lini berbohong karna ia tak mau mamanya turut kepikiran dengan masalahnya, bahkan tentang perselingkuhan itu mamanya tak pernah tahu.

"Astaghfirullah, kamu itu ada-ada aja dekk, nonton film kok nangis kaya habis diselingkuhin pacar gitu HAHAHAHA" ucapan Mama karin sembari tertawa keras, dan itu mampu membuat Lini kaget sekaligus tersenyum kikuk sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Kaget karena apa yang dikatakan mamanya itu benar, walapun hanya sebuah perumpamaan.

---

Ting ting ting

Hanya suara dentuman sendok dan piring yang saling beradu di meja makan pagi ini. Rendi dan Lini yang biasanya saling bebicara dan berantem walau hanya sekedar berebut centong nasi, kini keduanya sedari tadi hanya diam. Dan situasi itu membuat sang ibu terheran-heran dengan sikap kedua anaknya itu.

"Kalian ada masalah? Tumben diem-dieman?" Suara Mama karin memecah keheningan.

Sedangkan kedua kaka-beradik yang sedari tadi fokus dengan makanan memberhentikan kegiatan mereka.

"Enggak kok ma, kita gaada masalah. Ya kan dek?" Jawab Rendi sembari tersenyum kepada Lini, karna dia memang tak merasa ada masalah dengan adiknya.

"Em iya ma, kita baik-baik aja kok. Cuma lagi gaada yang mau dibicarain aja" imbuh Lini sembari tersenyum untuk meyakinkan sang ibu. Lini juga merasa tak ada masalah dengan kakaknya, ia hanya merasa tak enak karna sudah mendiami kakaknya semalaman, pasti kakaknya bingung dengan apa yang terjadi padanya.

"Oh gitu, kalaupun misal ada masalah dibicarakan baik-baik ya, kalian udah sama-sama dewasa, pasti udah tau kan mana yang benar dan salah? Apalagi kamu kak, kalau misalnya adeknya salah diingetin, begitu juga dengan adek, kalau kakak salah juga diingatkan ya." Ucap mama karin menasehati kedua anaknya dan dibalas anggukan oleh kedua empu.

LINIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang