10- Kenyataan pahit

70 58 32
                                    

Bismillah.
Yeayy update lagii.
Happy Reading🤍

"Aku tak paham apa maksud Tuhan membiarkan perasaan ini jatuh dan menetap kepadamu yang jelas-jelas tengah merangkai kisah bahagia bersama orang lain"

"kak, mama belum pulang?" Tanya Lini sembari menaruh nasi di piringnya.

"Belum Lin, mama lembur hari ini katanya. Mungkin jam 9 baru pulang" ucap Rendi berdasarkan pesan yang dikirimkan mamanya tadi siang melalui WhatsApp.

Lini hanya ber-oh ria.

Saat ini kedua kaka beradik itu tengah makan malam. Karena mamanya belum pulang, tadi setelah mandi, Lini langsung ke dapur untuk memasak makanan untuk makan malam. Malam ini ia memilih masakan yang simpel, yaitu telur dadar, tempe goreng dan sambel. Karena Lini sendiri memang belum terlalu pandai kalau harus memasak yang aneh-aneh seperti mamanya.

Setelah selesai makan, Lini yang dibantu oleh kakaknya segera membereskan piring-piring kotor dan membawanya ke dapur untuk langsung di cuci. Lini memang termasuk anak yang lumayan rajin kalau masalah beberes rumah, mungkin juga karena kedua orangtuanya bekerja, jadi mau tidak mau ia harus mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Mengapa keluarganya tidak membayar asisten rumah tangga? Karena Lini sendiri yang melarangnya dengan alasan ia merasa mampu kalau hanya sekedar membersihkan rumahnya. Sudah menjadi kebiasaan Lini untuk beberes rumah, ia ingin ketika mamanya pulang, rumah sudah bersih dan rapi. Sangat pintar!

"Kak, besok lo kuliah ga?" Tanya Lini sembari tangannya sibuk mencuci piring.

"Libur, emang kenapa?" Ucap Rendi dengan tangan mengelap piring-piring yang selesai dicuci oleh adiknya.

"Anterin gue ke toko buku ya, ada buku yang mau gue beli, lo ga sibuk kan?

"Oke, gue anterin besok" jawaban Rendi yang mampu membuat Lini tersenyum senang.

---

Saat ini, Lini dan Rendi tengah berada di salah satu toko buku di Jakarta. Sedari tadi, Lini berkeliling mencari buku yang ingin ia beli, tetapi sepertinya tengah habis saat ini. Karena sudah hampir setengah jam ia cari-cari tapi tak kunjung ia temukan.

"Lo muter-muter mulu dari tadi, nyari buku apa sih?" Tanya Rendi karena ia mulai lelah mengikuti adiknya muter-muter hampir setengah jam.

"Gue nyari buku tentang kepribadian manusia kak, tapi kayaknya habis deh, soalnya di rak khususnya gaada" ucap Lini dengan nada sedikit kecewa. Karena letak toko buku ini lumayan jauh dari rumahnya, jadi sayang udah jauh-jauh kesini tapi tak mendapatkan apa yang ia cari.

"Ya kalo habis yaudah lah, bisa beli besok-besok kalau udah ada" ucap Rendi enteng, karena menurutnya meskipun Lini berkeliling toko ini ratusan kali pun jika bukunya habis tetap tak akan ada.

Lini yang merasa perkataan kakaknya benar, ia segera menenteng buku lain yang ia beli dan segera menuju ke kasir. Sedangkan Rendi, ia berjalan keluar duluan dan menunggu di parkiran.

Setelah selesai membayar bukunya, Lini segera keluar dan menghampiri kakaknya dengan wajah murung.

"Udah, gausah sedih. Kapan-kapan kita kesini lagi, oke" ucap Rendi mencoba menghibur adiknya.

"Gini deh, sebelum pulang kita jalan-jalan dulu, mau?" Imbuhnya berniat untuk mengembalikan mood adiknya itu.

Mendengar itu, Lini yang tadinya murung seketika menampakkan senyuman manisnya. Ia sangat suka jalan-jalan, apalagi naik motor bersama kakaknya.

"Mau lah, yok!!" Ucapnya antusias sembari meraih helm ditangan Rendi, dan segera memakainya.

"Perasaan tadi sedih, kok sekarang seneng banget" ucap Rendi dengan nada mengejek.

LINIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang