33- Rangga?

43 28 10
                                    

Bismillah.
Happy Reading 🤍

-

Ting!

Bunyi notifikasi pesan yang berasal dari benda Pipih Hitam yang tergeletak diatas meja itu mampu membuat gadis yang tengah sibuk dengan kegiatan membacanya seketika tersentak.

Lini segera mengambil ponselnya untuk mengetahui siapa yang mengiriminya pesan.

+6289788***

Hai, Lin. Gue Rangga
Nanti sore bisa ketemu gue nggak? Ada hal penting yang harus gue bicarain.

ga bisa lewat wa aja?

Emm, ga bisa, Lin. Gue butuh ngomong langsung.

Lini tampak berpikir sejenak, karena pastinya Rendi tak akan mengizinkannya pergi, apalagi jika tau dirinya akan bertemu Rangga, Kakaknya itu bisa marah besar. Tapi disisi lain, Lini sangat penasaran tentang hal penting apa yang ingin disampaikan mantan kekasihnya itu hingga tak bisa hanya dengan melalui pesan.

Ting! Bunyi notifikasi kembali terdengar. Rangga kembali mengirimkan pesan.

+6289788**

Gimana, Lin?

Oke, gue bisa. Sore jam berapa dan dimana?

Jam 16.00 di Jl. Arteri, No.4 (depan bangunan tua) disitu ada Cafe.

Oke.

Setelah membalas pesan dari Rangga, Lini kembali meletakkan ponselnya diatas meja, dan kini gadis itu harus berpikir bagaimana caranya agar ia bisa dengan mudah mendapatkan izin keluar dari Kakaknya.

Lini tampak berpikir seraya mengetuk-ngetukan ujung telunjuknya di bawah dagu. "Gimana caranya gue bisa dapet izin ya?" Gumamnya.

Pukul 15.40

Lini tengah bersiap di depan cermin dengan balutan Blouse Oversize Putih dilengkapi bawahan Rok Abu selutut dan Sneaker Putih. Sederhana, namun tampak cantik jika Lini yang memakainya. Lini menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya pelan. Dengan gugup, Lini segera melangkahkan kakinya keluar kamar menuju lantai bawah untuk mencari Kakaknya.

Ketika Lini menuruni satu-persatu anak tangga, sudah terlihat Rendi yang tengah duduk seraya menonton TV di ruang tengah rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika Lini menuruni satu-persatu anak tangga, sudah terlihat Rendi yang tengah duduk seraya menonton TV di ruang tengah rumahnya. Lini semakin gugup campur takut, tapi ia tetap mempertahankan keberaniannya untuk meminta izin.

"Kak,"

Panggilan dari Lini itu mampu membuat Rendi yang pandangannya tengah fokus pada TV besar didepannya, seketika tersentak.

LINIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang