32- Dukungan Rendi

47 28 9
                                    

Bismillah.
Happy Reading🤍

-

" Karena Harapan hanya akan menciptakan Luka baru."

-

"Ck! Bodoh lo semua! Ngadepin satu cewek lemah aja gabisa!"

Laki-laki dengan tubuh tinggi itu terlihat sangat emosi dengan deru nafas memburu seraya berkacak pinggang.

"Sorry, Bos, tu cewek larinya cepet banget." Jawab satu orang bertubuh kekar dengan balutan jaket hitam.

Laki-laki itu mendengus, "Ck! Alasan aja lo!" Decaknya, "Gue ga mau tau, lain kali lo berdua harus berhasil habisin tu cewek!"

"Siap, Bos! Bos tenang aja, kita bakal segera habisin tu cewek sialan."

Laki-laki itu mengangguk, "Dan satu lagi, jangan sampe nama gue bocor ke orang lain," Ancamnya, "lo berdua inget baik-baik!"

"Siap, Bos!"

Setelah mendapat jawaban itu, laki-laki yang merupakan Bos dari dua orang bertubuh kekar itu segera melangkahkan kakinya pergi meninggalkan gudang kosong tempat mereka merencanakan niat jahatnya.

Sedang di lain tempat, terdapat gadis yang merasa bosan karena sedari tadi hanya berdiam diri di kamar. Lini sangat kesal karena Rendi melarangnya melakukan semua hal, alhasil gadis itu sedari tadi hanya tidur, duduk, dan mondar-mandir tidak jelas.

Lini berdiri seraya berkacak pinggang, "Kalau kaya gini gue mending kuliah, ish!" Gerutunya, "Tapi kalo tu orang-orang jahat ngejar gue lagi gimana?" Lanjutnya bergidik ngeri.

Tok, tok, tok!

Suara ketukan pintu dari luar kamar itu mampu membuat gadis itu menghentikan kegiatan menggerutunya. Lini segera berjalan ke arah pintu untuk membuka benda kayu berbentuk persegi panjang berwarna coklat itu. Setelah pintu terbuka, didepan sana sudah ada Rendi yang berdiri seraya membawa nampan yang diatasnya terdapat sepiring nasi yang lengkap dengan lauk pauk, beserta segelas air putih.

Lini mengangkat kedua alisnya seraya menatap Rendi heran, "Ada apa?" Ucapnya.

"Ck! Orang dateng tu disuruh masuk dulu, baru nanya -nanya. Ga sopan!" Protes Rendi lalu melangkahkan kakinya masuk meninggalkan Lini yang tengah nemplok di ujung pintu seraya memutar bola matanya malas.

Rendi meletakkan nampan yang ia bawa diatas meja belajar adiknya, lalu laki-laki itu menyeret kursi belajar Lini dan mendudukkan tubuhnya di kursi tersebut.

"Duduk, lo!" Ucap Rendi dengan nada perintah.

Lini menghembuskan nafas pelan, lalu segera menuruti permintaan sang Kakak, dengan duduk diatas ranjang tidur miliknya, "Lo mau ngapain sih?!" Tanyanya dengan nada kesal.

Rendi mengambil piring yang berisikan nasi diatas meja, lalu tangan kanannya tergerak untuk menyendokkan nasi itu dan menyodorkannya ke mulut kecil Lini.

"Aakk" Ucapnya dengan mulut ikut menganga.

Lini mengernyitkan dahinya seraya sedikit memundurkan kepalanya untuk menghindari niat Rendi untuk menyuapinya, "Dih! Lo apa-apaan sih, Kak?" Ucapnya heran, lalu tangan mulusnya terangkat untuk menyentuh dahi Rendi, "Gak panas, lo ga lagi sakit kan?"

Rendi memutar bola matanya malas, "Lo belum makan dari kemarin kan? Ni makan!" Ucapnya lalu kembali menyodorkan sendok ke mulut Lini.

Lini yang masih bingung dengan tingkah Rendi, seketika pasrah menuruti permintaan kakaknya dengan membuka mulut dan menerima suapan nasi darinya.

LINIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang