Rany harus belajar menyesuaikan dirinya terhadap dirinya yang baru sekarang. Ia adalah anak yang tertutup, dan sekarang ia semakin menutup diri dari orang lain di sekitarnya. Kulitnya terlihat pucat menyala apabila terkena sinar matahari. Ia selalu menggunakan pakaian yang menutup seluruh tubuhnya, menggunakan topi dan juga masker apabila ia berkegiatan di kampus, dengan alasan bahwa ia tengah sakit flu. Tak ingin menularkan ke orang lain.
Syukurlah teman dan juga dosennya mempercayai hal tersebut. Ia hanya berkuliah dan langsung kembali ke kosannya, ia tak lagi banyak berkegiatan di kampus. Dengan alasan ia juga akan lanjut bekerja setelahnya. Meskipun ia sebenarnya bekerja dari waktu sore hingga malam.
"Pak Darmo, aku bawa pesanan bapak" Rany membawakan bakso kesukaannya dan juga pak Darmo. Karena pak Darmo selalu suka makan bakso tiap hari Rabu. Dan Rany selalu melewati kedai bakso tersebut sebelum ia pulang ke kosannya.
"Beli bakso berapa bungkus?"
"4 pak, 2 buat pak Darmo. 2 buat saya sendiri. Buat makan nanti malam di kosan, seperti biasa" keduanya tertawa dan saling berbincang.
Severus memutuskan untuk keluar sebentar, ia ingin mencari pasar sihir itu yang selalu buka tiap sore hingga tengah malam. Ketika ia hendak keluar, ia melihat gadis yang ia temui kemarin tengah bercengkrama dengan si pemilik penginapan."Tuan Snape mau makan bakso tidak?" Pinta pak Darmo. "Tidak perlu"
"Aku masih punya satu bungkus lagi, tuan Snape harus coba. Bakso ini sangatlah enak" paksa Rany kepada pria itu. Severus tidak dapat menolak keinginan baik gadis itu, lagipula aroma makanan tersebut sangatlah menggugah selera.
"Rany makan di sini ya, bersama kami. Ayo tuan Snape, Rany masuk ke dalam" keduanya tak dapat menolak, mereka masuk ke dalam rumah pria tersebut. Pak Darmo membawakan mangkuk untuk mereka makan bakso tersebut. Dengan segera Rany menuangkannya ke dalam mangkuk.
Rany dan pak Darmo saling berbincang dari kejauhan. Severus melihat hubungan mereka sangatlah akrab. "Wah.. bakso Klaten nih"
Seseorang keluar dari kamarnya. "Bapak beli bakso ya?"
"Iya, tapi Rany yang beli. Sudah di tuangkan Rany di meja. Kita makan bersama ya, ada tuan Snape juga"
Dewo hendak menolak, tapi ia tak berkenan melihat wajah ayahnya menyimpan harapan lebih dari itu. Akhirnya mereka makan bersama.
Suasana menjadi sunyi tak saling ada perbincangan di atas meja makan. Severus merasa ada sesuatu yang di sembunyikan terjadi, melihat raut wajah gadis itu yang selalu ceria terlihat datar tak berselera. "Bagaimana rasanya tuan Snape? Apakah enak?"
"Iya sangat nikmat"
"Tentu saja, rasanya akan beda jika yang beli bukan Rany" ledek Pak Darmo memancing pembicaraan. "Tentu saja rasa baksonya akan tetap sama. Terlebih jika makan di kedainya. Jauh lebih enak lagi. Tuan Snape harus mencobanya"
Severus hanya tersenyum mendengarnya, gadis itu menjawab dengan raut ceria. Namun setelah mengatakan demikan ia berubah menjadi datar kembali. "Tadi kuliah Ran?"
"Iya, kalau kau Dew?"
"Kelasku kosong hari ini. Jadi aku di rumah saja" Rany hanya mengangguk mengerti dan menghabiskan makannya. Semua orang sudah menghabiskan makanan mereka. Rany membantu Dewo membersihkan gerabah yang mereka pakai sebelumnya. "Mau temani aku kebelakang rumah?"
"Untuk apa?"
"Merokok bersamamu, kau masih merokok kan?"
"M-masih"
"Bagus, aku habis beli rokok kesukaan kita"
Mendengar kata kita membuat hati Rany terasa pedih. Kebersamaan mereka dahulu yang sederhana namun terasa romantis itulah yang ia rindukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Amerta
Fanfiction"Aku tak bisa melupakannya, lalu aku akan hidup dengan siapa nanti? Mengapa aku sangat setia mencintai seseorang, mengapa aku terlalu dalam mencintainya. Bodohnya aku."