10

147 29 17
                                    

WOW, WOW, WOW RESPON KALIAN SANGAT ANTUSIAS KAWAN

RUPANYA KALIAN MENIKMATI CERITA INI SEPERTI AUTHOR YANG NYENGIR NYENGIR SENDIRI WAKTU NGETIK

GEMES SENDIRI SAMA CERITA SENDIRI, ANEH GA SI AUTHOR SEBENERNYA?


.
.
.

Menaiki kendaraan umum menuju sebuah kafe keduanya menjadi pusat perhatian di bus itu. "Mas, orang orang pada ngeliatin kita"

"Ya sudah biarkan saja" Severus tak ambil pusing, terlebih keduanya berdiri bersebelahan, dan bus itu cukup ramai. Mereka hanya saling berdiam diri hingga sampai ke tujuan.

Mereka tiba di sebuah kafe kecil yang cukup sepi, Rany memang memilih kafe tersebut untuk keduanya datangi, sebab ia tak ingin mengambil perhatian orang banyak.

Setelah memesan makanan dan minuman yang mereka pilih keduanya duduk di tempat paling pojok. Duduk berhadapan. Mereka saling terdiam memandangi satu sama lain, terasa lebih canggung dari hari hari sebelumnya.

Severus juga binggung ingin mengajak gadis itu berbicara tentang apa, ia bukan tipikal laki laki yang bisa di ajak basa basi, ia juga tak menyukai hal itu.

Keduanya meresapi lagu yang terputar di tempat itu. "Aku suka lagunya"

"Sama aku juga begitu, sangat romantis" gadis itu tersenyum. "Bisakah kau berhenti tersenyum Rany?"

"Kenapa memangnya? Kau tak suka ya, maafkan aku" jawab gadis itu sedikit bersalah. Ia terlalu ceria mungkin untuk seorang Severus yang tak banyak menunjukkan ekspresi nya.

"Senyum mu membahayakan jantungku"

Gadis itu menunduk malu, ia tersenyum tak henti henti. "Kenapa menunduk begitu?"

"Sekarang kau bisa membuat jantungku berdetak lagi" jawab Rany melihat Severus. Pria itu justru memalingkan pandangannya dan tersenyum tipis. "Kau menyebalkan"

Severus hanya terkekeh. Ia tak berniat menggombali gadis itu. Tapi Rany tau detak jantung Severus berdebar kencang.

"Bolehkan aku bertanya padamu Severus"

"Apa itu?" Seketika pramusaji datang membawakan makanan dan minuman yang mereka pesan. Rany membalas sang pramusaji dengan baik dan mengatakan terima kasih. "Kau sangat ramah"

"Harus begitu kan, memangnya kenapa?"

"Aku tak suka" Severus memang sangat posesif dan cemburuan. Sifat itu sudah mendarah daging, bahkan dengan wanita yang ia taksir di masa lalu. "Hanya mengucapkan terima kasih kepada pria itu karena dia sudah mengantarkan pesanan kita, apa salahnya"

"Tak salah memang, aku hanya tak suka kalau kau akan begitu kepada semua orang nanti"

Rany mengerutkan dahinya. Ia tak mengerti dengan maksud lelaki yang ia cintai di hadapannya. "Aku tak ingin keramahtamahan mu akan di manfaatkan orang lain, hingga dia menyakitimu"

"Itu tidak akan terjadi Severus, tenanglah. Aku tau sampai dimana batasanku"

"Aku baru sadar kau tak memesan apapun" Severus baru menyadari bahwa meja di depan Rany kosong tanpa isi apapun. "Apakah aku bisa makan, sebenarnya?"

"Ah.. aku lupa" gadis itu terkekeh melihat wajah Severus berpikir dan baru menyadari dirinya yang sudah bukan manusia. "Makanlah, aku hanya menikmati keindahan"

"Keindahan apa?"

"Keindahan mu menikmati makanannya" Severus tak habis pikir, gadis itu benar benar membahayakan kesehatannya. Ia bisa membuatnya melambung dengan kata kata yang sederhana.

Amor AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang