6

130 27 7
                                    

Rany mulai terbiasa dengan perubahan di dalam tubuhnya. Ia berangkat ke kampus meskipun ia tak ada kelas, ia ingin menemui dosen pembimbing nya untuk menanyakan skripsinya.

Ia melihat segerombolan teman temannya sedang membicarakan sesuatu. Ia bisa mendengarkan apa yang mereka perbincangkan dengan kemampuannya saat ini. Mereka sedang membicarakan dirinya.

"Sialan" gadis itu bergumam dalam hati, teman yang menjadi sahabat mantan kekasihnya sedang menggunjing dirinya. Membuat semua orang tidak menyukainya, terlebih di tambah tambahkan hal buruk yang  sebetulnya tidak ia lakukan bahkan bukanlah kebiasaannya justru membuat orang orang semakin membencinya.

Gadis itu mendekati mereka semua, "Hai semua, kalian lihat Bu Ririn tidak?"

Mereka semua sudah menyelimurkan pembicaraan seolah olah mereka tak membicarakan Rany dari kejauhan. Gadis itu dengar dengan indera pendengarannya yang tajam bahwa mereka sempat bilang, "Rany datang kemari, kita bicarakan hal lain supaya dia tak curiga"

"Dasar bajingan" batinnya, ia tau permainan busuk bocah itu. Tapi ia tetap berusaha terlihat elegan dan tindak seakan-akan ia tidak mengetahui apa yang mereka bicarakan. "Tadi ku lihat Bu Ririn masuk ke ruangan 4, mungkin dia ada di sana"

"Baiklah terimakasih semuanya" gadis itu langsung berlenggang pergi, dengan sempat menatap tajam pria laknat itu dan memutar bola matanya, memberikan kesan pandang meremehkannya.

"Sialan betul pria bangsat itu, katakan saja dia menyukaiku. Tidak perlu bermain bajingan begitu. Bisa bisanya dia menghasut semua orang termasuk Dewo juga. Anjing! Dewo lebih percaya dengan mulut sialan itu ketimbang aku kekasihnya sendiri. Dasar pria penjilat. Sudah lupakan, dia tak cukup mencintai ku dengan percaya hasutan iblis  daripada perilaku malaikatku" Rany bergumam begitu. Ia memasuki ruangan dimana Bu Ririn berada. Tapi wanita itu rupanya sudah menutup sesi diskusi dengan mahasiswa, ia diminta untuk datang lagi esok hari. Apa boleh buat, ia harus pergi dan pulang lagi ke asrama putrinya.

Rany teringat dengan bahan ramuan yang ingin Tuan Snape beli. Ia tidak bisa mencari informasi tentang bahan itu di perpustakaan fakultas Hukum. Ia memutuskan untuk pergi dan menuju fakultas Biologi, ia mencari informasi di sana.

Ia sempat bertemu dengan salah satu temannya disana, Anggit. Ia menceritakan mengenai tumbuhan endemik tersebut. Katanya tumbuhan itu hanya hidup di pulau Kalimantan dan juga Sumatra. Tak ada di Pulau Jawa.

Setelah mengetahui dan mendapatkan banyak pengetahuan tentang flora tersebut, Rany memutuskan untuk menemui Tuan Snape.

Ia datang ke penginapan Pak Darmo. "Halo Rany.. apakah harimu menyenangkan?"

Tanya seorang wanita yang sempat ia antarkan ke penginapan Pak Darmo sebelumnya. "Cukup melelahkan hari ini Madame"

"Jangan lupa beristirahatlah nak, sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih karena kau sudah mengantarkanku kemari" ucap wanita itu dengan senangnya, "Itu sudah menjadi kewajiban ku madame"

"Sekarang aku akan kembali ke tempat asalku. Aku sudah menemui anakku kemarin, aku izin pergi gadis baik"

"Sama sama Madame, hati hati dijalan" keduanya tersenyum. Wanita itu memeluknya. Rany tau wanita itu bukanlah manusia biasa. Ia jelmaan manusia serigala, dan ia membaca emosional wanita itu kala memeluk tubuhnya. Rupanya wanita itu kehilangan anaknya untuk selama lamanya. "Kau juga Rany"

"Jaga kesehatan mu Madame"

Wanita itu tersenyum dan pergi meninggalkannya sendirian di lobby penginapan. "Pak Darmo"

Pria itu terkesiap dari tidurnya di atas kursi panjang tempat ia biasa bersantai di balik meja reservasi. "Ada apa Rany?"

"Tuan Snape ada di kamarnya?"

Amor AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang