7

116 25 2
                                    

Rany kini menangis di kamarnya, ia terus terusan terpikirkan mengenai hatinya yang gundah ditambah lagi dengan topik skripsinya yang belum ia rangkai sama sekali. Terlebih besok hari ia harus mengujikan tujuan topik skripsinya kepada dosen pembimbingnya.

Entah apakah ia berhasil atau tidak ia tak peduli, ia hanya berpasrah diri dengan berharap dosen pembimbingnya akan memberikan arahan padanya mengenai topik apa yang akan ia pilih untuk bukti akhir perkuliahan nya.

*****

"Baiklah anak anak, kita akan membuat kelompok untuk pembagian latihan ujian persidangan bulan depan. Sekarang kita bagi anak anaknya. Kalian bisa pilih sendiri dengan temen kalian masing masing. 1 kelompok 8 orang. Saya tunggu selama 5 menit" dosen tersebut memberikan arahan.

Ruang kelas terdengar lebih ramai, mereka semua saling berdiskusi dan menggerombol sesuai kelompok mereka masing masing. "Jika sudah, catat nama teman kelompok kalian di selembar kertas dan berikan kepada bapak sekarang"

Masing-masing perwakilan kelompok memberikan selembar kertas kepada pria tersebut. "Ada pertanyaan?"

Seorang gadis yang duduk di pojok ruangan mengangkat tangannya, "Maaf pak, saya belum dapat kelompok."

"Bagaimana sih yang lain, bagaimana bisa kalian melupakan teman kelas kalian sendiri kalau Rany belum dapat kelompok?!" Suara pria itu meninggi. "Maaf pak sebelumnya, tapi kelompok yang lain sudah pas pak, setiap kelompok 8 anggota sehingga tersisa Rany sendirian, pak. Terima kasih"

Jawab si ketua kelas dengan tanggung jawab nya. "Baiklah Rany, kamu masuk ke kelompok di kelas B. Ada satu kelompok yang kekurangan anggota. Kalau tidak salah ketua kelompoknya adalah Dewo"

Rany berdecik kesal dalam hati. "Baik pak, saya akan berkoordinasi dengan kelompoknya Dewo, terima kasih"

Kelas di bubarkan, semua mahasiswa berhamburan keluar kelas. Rany memutuskan untuk kembali. Ia memutuskan untuk melanjutkan ke tempat kerjanya. Ia kembali bekerja.

Ia pulang lebih larut, ia berusaha menenangkan dirinya. Ia harus menurunkan gengsinya untuk menemui di mantan kekasih demi keberlanjutan perkuliahannya.

Ia mendatangi penginapan milik pak Darmo. Ia menemui pria itu meminta izin untuk menemui putranya menanyakan soal kuliah yang mereka hadapi. Pak Darmo dengan suka hati mengizinkan gadis itu untuk masuk ke rumahnya, ia meminta gadis itu langsung menemui putranya di kamarnya.

Rany melangkah dengan berat hati, ia harus mengetuk pintu kamar pria muda itu.

Tok tok tok

"Jangan ganggu, pak"

"Dewo.. ini aku, Rany" seketika Dewo tersadar mendengar suara lembut seorang gadis yang mengetuk pintu kamarnya. Ia membukakan pintu kamarnya itu. "Ada apa Ran?"

"Boleh ngobrol sebentar ga?"

"Boleh, mau ngobrol dimana? Taman depan mau ga?"

Rany hanya mengangguk, keduanya pergi menuju taman depan penginapan. "Jadi gini Dewo, aku mau tanya soal kelompok buat ujian latihan sidang mata kuliahnya Pak Pramono."

"Memangnya kenapa?"

"Kamu ketua kelompoknya kan?"

"Iya"

"Kata Pak Pram, kelompok mu kekurangan anggota. Dan aku belum dapat kelompok, jadi pak Pram memintaku untuk masuk ke kelompok mu saja katanya"

Dewo terdiam ia tak berkata apapun. "Maaf Rany, kelompokku sudah penuh. Baru saja tadi siang, Atika ikut ke kelompok kami. Maaf kau tak bisa ikut"

Amor AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang