5

185 32 7
                                    

Haloo, author update nih.. gaada yang histeris apa?




Keduanya sudah mengubek-ubek pasar gaib dan sihir itu, namun barang yang di tuju tidak lah ada. Severus melihat gadis itu terlihat diam menahan sesuatu yang menggebu di dalam dirinya. Berada di daerah kumuh dan ramai aktivitas malam.

"Apa kau baik baik saja?" Severus menanyai gadis itu sejak melihat gelagat dan bola mata gadis itu berubah warna. Menjadi merah, seperti darah. "Aku mencium bau darah"

"Aku manusia Poernomo"

"Bau darahmu lain tuan, ini.. darah perempuan" Gadis itu ingin menguntit seorang wanita yang berjalan menyusuri gang depan ia berdiri. Severus langsung menahan tangannya, mengurungkan gadis itu supaya ia tidak pergi.

"Hei.. tahan, kita ke toko itu saja ya"

Tatapan gadis itu sudah lain, tapi Severus tidak terancam dengan keberadaan gadis iblis itu. Ia bisa saja jadi santapannya atau mati juga nantinya. Severus tak takut dengan hal itu lagipula ia sudah pernah merasakan nikmatnya sekarat. Dan terkadang ia selalu ingin mati daripada harus hidup lagi di dunia antah berantah ini.

"Makhluk halus di sini kebanyakan jahat tuan, kau bisa melihatnya?" Rany langsung mengatakan itu. Ketika keduanya baru saja duduk berhadapan.

"Tidak, tapi penyihir terbiasa hidup berdampingan dengan mereka. Di Inggris aku terbiasa melihat hantu mereka menampakkan diri."

"Di sini mereka berbeda. Ada jelmaan manusia dan hewan dan beraneka rupa. Mereka bisa menyesatkan pikiranmu" Rany membuat kedua tangannya ada di atas meja. "Aku tau mungkin kau tak akan nyaman. Tapi ini demi kebaikan mu juga, pegang tanganku"

"Pejamkan matamu tuan" Severus memejamkan matanya. Ia mendengar seperti jampi jampi dari mulut gadis itu. Tangannya di bawa menyentuh ke dahinya. "Buka matamu tuan"

Pengelihatan Severus berubah. Ia bisa melihat sosok astral dari yang semulanya hanya semu semu sayu saat Rany menggenggam tangannya di jalan, sekarang sangat jelas. Bahkan ia bisa mendengarkan pembicaraan mereka. "Aku akan menghilangkan kemampuan mu itu nanti, saat kita kembali"

"Kau ingin pesan apa tuan?"

"Kopi hitam panas, baiklah aku akan memesankannya"

Gadis itu menuju meja pemesanan. Ia memesan apa yang ingin pria itu pesan dan keinginannya. "Aku ingin segelas darah manusia"

"Sebentar, untuk apa darah itu?" Tanya si pemilik kedai menanyai pesanan si gadis. Pasar tersebut memang serba ada untuk keperluan hidup penyihir maupun makhluk astral. Uang tersebut juga bisa tunai maupun metafisika. Tetapi untuk memastikan barang atau pesanan tersebut tidak jatuh ke orang yang salah, dalam artian adalah manusia biasa. Mereka harus menanyakan untuk apa mereka membeli barang tersebut. "Untukku sendiri"

"Kau bukan siluman"

"Memang bukan pak" pria itu menatap matanya dengan intens, "Kau.. vampir?"

"Gadis itu mengangguk"

"Baru beberapa hari ini sejak terinfeksi, tapi aku berusaha untuk tidak membunuh seseorang"

"Kau gadis yang baik, akan aku antarkan pesanan mu"

Rany kembali menemui pria itu. "Mba K, pergi ya.. jangan usilin tuan ini"

"Dia tampan"

"Aku tau kau suka, tapi tak seharusnya begitu.. pergilah" wanita bergaun putih itu akhirnya pergi setelah ia merasa terancam dengan tatapan tajam gadis itu. "Kau baik baik saja tuan?"

Amor AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang