1

887 55 4
                                    

"Aku menerima semuanya, semua keputusan yang terbaik. Keputusan yang telah kau ambil. Terima kasih kau sudah berkata jujur tentang semuanya, aku tak akan menolak jika keputusan mu itu demi kebaikan kita bersama."

"Aku mencintaimu, tapi aku masih mencintainya"

Pria itu menyandarkan kepalanya pada bahu wanita yang sempat ia cinta, tapi cintanya tak lagi untuk wanita itu, ia masih terbayang dengan cintanya di masa lalu.

Ia mengecup pundak itu dengan penuh cinta, tentu saja sang wanita mengetahuinya. Ia tak menangis, ia menerima keputusan sang pria demi kebaikan nya nanti di masa mendatang. Sudah menjadi firasatnya sejak beberapa Minggu lalu. Prianya berubah, dan tak ada yang bisa di ubah. Kekasihnya sudah mencintai wanita lain di masa lalunya.

"Aku mau pulang"

"Jangan pulang dulu, aku masih ingin tetap bersamamu"

"Jangan katakan kau masih ingin bertahan bersamaku, tapi kau masih mencintai wanita lain di masa lalumu, mas"

Ia sudah menggendong tas dipundaknya, sudah terasa berat dipundaknya tapi ia manambah beban lagi.

"Peluk aku?" Pinta pria itu. "The last hug, for us"

"The last kiss for me" ia meminta, hanya kecupan lembut. Hanya dua kali. Wanita itu ingin menyimpan yang ketiga untuk kelak, untuk terakhir kalinya, suatu saat nanti. "Aku menyayangimu, Ny"

"Aku mencintaimu, aku berkata jujur"

Wanita itu terkekeh, "Jangan katakan kau mencintaiku jika kau sudah mencintai wanita lain"

Ia memeluk wanitanya kencang, begitu juga sang wanita. Keduanya belum siap dengan perpisahan dari pertemuan mereka yang terjalin sebentar. "Jangan pergi"

"Sudah malam, aku harus pergi." Sang pria menahannya. Ia mengecup leher, dan telinganya dengan lembut. Ia mencintai wanitanya itu, tapi ia harus merelakannya. Ia ingin kembali bersama wanitanya di masa lalu. "Maafkan aku sudah menyakiti mu"

"Terkadang keputusan dan perpisahan adalah hal yang menyakitkan, tapi semua itu harus kita terima. Berjalan ke depan, dan tidak menyambangi masa lalu. Tapi keputusan mu sudah memilih begitu. Aku bisa apa?"

"Kau bisa menjadikan aku kakakmu, saudara laki-laki mu, jika kau membutuhkanku, aku akan selalu ada untukmu, de"

Panggilan mesra keduanya, memanggil sang pria dengan julukan Mas. Dan sang wanita dipanggilnya dengan julukan Ade. Sederhana tetapi mengena hingga hati, terjalin mesra. "Aku tak yakin akan begitu nantinya"

"Yakinlah.. aku tak akan berubah."

"Aku tak yakin mas"

Keduanya saling tertawa, menutupi kepedihan yang dirasakan pada masing masing mereka. "Kau cantik, sayangku.. pasti kelak akan ada yang mencintaimu dengan lebih dalam dan pantas untuk mu"

"Aku memang cantik, sejak dulu"

Keduanya kembali tertawa. "Sudah lupakan, aku harus pergi. Jaga dirimu baik-baik"

Sang wanita menepuk pundaknya berberapa kali dan melepaskan pelukannya. Ia melepaskannya. "Kau juga harus menjaga dirimu baik baik, kau gadis yang baik"

"Tentu, aku selalu berusaha berbuat dan menjadi baik kepada siapapun, sayangnya kau menyia-nyiakan kebaikanku. Tapi tak apa"

Wanita itu berusaha tegar dan mendewasa. Ia yakin jalan ini akan mendewasakan masing masing dari mereka. Perpisahan harus kita sambut dengan meriah, tak ada tangisan. Hanya senyum bahagia. Menguatkan segalanya.

***

Dirundung patah hati, sudah pasti hidupnya menjadi terasa hampa. Mandi jadi tak mau, makan saja tak berselera. Hatinya memang sekuat baja, ia tidak menangis meskipun batinnya terluka parah.

Amor AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang