Sesuai janjiku, aku akan mendengarkannya bercerita. Dan sekarang kami disini, dirumahku.
Keheningan rumahku membuat suasana sedikit canggung, sebab aku tak tau dan terlalu malu menyambut seorang tamu.
Kupikir Lisa benar benar sedang ada masalah, sebab Lisa yang ku tau adalah Lisa yang tak bisa diam. Tapi sekarang, dia hanya diam sama sekali tak bergeming. Tatapannya tak lepas dari ponsel yang ia genggam.
Ketika aku datang membawa minuman dan cemilan, dia secara otomatis meletakkan ponselnya lalu menarikku kedalam pelukan.
Dia ini kenapa? Dia memang berani mencium dan memelukku? Atau aku yang bodoh karena hanya diam saat dia melakukannya. Aku tak berniat membalas pelukan lalu aku lepaskan secara perlahan.
Sekarang aku duduk menghadapnya, dia menatap mataku dan tersenyum.
"Apa kau menipuku? Aku sudah siap mendengarkan ceritamu?"
Aku menatap dengan sorot tajam mata kucingku, tapi dia hanya tertawa dan mengacak ngacak rambutku.
Perasaan apa ini? Aneh.
"Aku butuh sandaran, dan kupikir akan lebih baik jika aku bersamamu dan bersandar dipahamu"
Dia tiba tiba berbaring dipahaku dan sontak aku memukul tirai yang menutupi keningnya."Yahh! Mandu, sakit"
Aku sedikit kesal dari caranya berbasa basi, aku orang yang tak suka menunggu. Dan kini dia malah menatapku, dia memang aneh dia malah tertawa ketika aku menatapnya dengan tajam.
"Oh ayolah Lisa, jika semua ini tipuan pergilah"
Aku hendak berdiri namun dia memeluk perutku yang membuatku kesulitan bergerak."Okey, tapi maukah minum wine bersamaku?"
"Ck, kau terlalu banyak basa basi Lisa."
"Sungguh, aku ingin menceritakan dan melepas semua bebanku, tapi aku hanya ingin kau yang menemaniku"
Aku menghela nafas, menghadapi orang ini cukup melelahkan."Sejujurnya jika kau tak menceritakan apapun padaku itu lebih baik"
Dia bangun lalu duduk memeluk lututnya, persis anak kecil yang dilarang bermain. Dan aku mengalah lagi.
"Okey, jika kau mempermainkanku akan ku patahkan dua kakimu agar kau lebih pendek dari aku!" Aku bisa mendengar tawa pelannya setelah aku pergi beberapa langkah untuk mengambil satu botol wine.
"Apa kau haus? Haruskah aku tenggelamkan kau ke bak mandi?" Aku menyindirnya sebab dia belum mengatakan apapun namun dia sudah menenggak minuman hampir setengah dari botol bahkan tanpa menggunakan gelas, dan dia hanya tertawa khas orang mabuk. Tapi aku tidak tahan melihatnya yang berlebihan seperti ini.
"Lisa stop ! Ada apa denganmu? Kau juga tadi dipanggil rektor kan?"
Dia mengangguk kemudian menenggak minuman lagi. Ya Tuhan, apa dia selalu begini setiap ada masalah. Aku mengambil botol itu.
"Damn kemarikan botol itu" nada bicara nya berubah. Ini baru satu botol, apa dia se stress ini?
Lisa kemudian menghela nafas lalu berbaring dipahaku sembari memejamkan mata.
"Aku memang dipanggil rektor, aku memukuli seseorang. Pria lemah, tak bertanggung jawab dan bodoh kalah oleh aku, seorang wanita cantik" Lisa menyeringai kemudian merubah posisinya, kini wajahnya menghadap perutku.
"Pria itu! Bajingan. Kau tau dia hampir memperkosa saudariku. Aku yang memergokinya. Jika tak ada hukum, aku hendak membunuhnya saat itu juga. Dan sialnya dia kembali dan dengan beraninya dia masuk Universitas yang sama denganku, dan sungguh aku tidak bisa tidak menghajarnya ketika aku melihat wajahnya."