Lalisa pov
Disuatu pagi yang dingin, kehangatan begitu kurasakan disini, seolah kehangatan itu hanya untukku. Bukan oleh selimut, tapi kekasihku yang memeluk membuatku enggan beranjak dari kasur besar ku yang empuk dan sedikit basah. Malam yang luar biasa untuk pasangan yang menjalin cinta. Aku dibuat kewalahan melihat cantiknya dia ketika aku menindihnya, nafas dan detak jantung seolah menyalurkan tenaga yang membuatku ingin menerkam nya saat itu juga.
Tapi aku melihat betapa pulas nya Jennie tidur. Matanya begitu rapat dan bibir yang sedikit memar membuatku merintih padahal itu ulahku.
Sebenarnya aku bangun sepagi ini karena suara musik yang terlampau nyaring membuat telingaku begitu sakit.
Jadi aku bangun dan mencari dari mana sumber kebisingan dipagiku yang hangat. Dan yang kudapati adalah Rose yang terlelap disofa se begitu santainya ditemani tv dengan volume penuh.
Dan itu seperti tv yang menonton Rose yang sedang manggapai mimpi.Aku mencoba membangunkannya dan tentu saja itu sulit. Dia tidur nyenyak ketika kupikir dia mati karena tak bergerak sedikitpun. Tapi tak lama dia menendangku dan mengucap sumpah serapah tanpa hentinya.
"Yak! Kenapa kau masih menggangguku?!"
"Astaga, aku membangunkanmu karena khawatir badanmu sakit, lagi pula ada apa denganmu menyalakan tv seperti ini, berisik"
Dia mengacak rambutnya sendiri dan pergi bersama selimut yang menggulung ditubuhnya. Dan ketika aku pikir dia sudah masuk kamar ketika aku mematikan tv, dia justru membuka pintunya lagi.
"Aku bahkan baru bisa tertidur dengan suara tv, karena desahan itu menggangguku. Lain kali lakukan dengan santai"
Dia mengacungkan jari tengahnya padaku lalu menutup pintu dengan cukup keras. Haissshh tupai itu!
Tapi benarkah? Rose mungkin mendengar desahan semalam.
Aku merapikan sofa lalu membuat sarapan, aku tak pandai memasak jadi aku hanya membuat roti isi dengan selai kemudian segelas susu segar dan segelas kopi.
Aku baru hendak kembali kekamar sebelum seseorang menyalakan bel, lantas aku kesana tapi aku tak menemukan siapapun.
Aku hanya menemukan paperbag berisi tupperware. Dan semua itu isinya makanan. Aku yang dilanda kelaparan tanpa ragu memakannya, sekalipun ini beracun aku akan tetap makan karena rasanya yang enak. Aku menyisakan beberapa untuk Jennie dan Rosie, kupindahkan semuanya ke piring untuk memamerkan masakan dengan alibi aku yang memasak.
Aku kembali kekamar dengan nampan berisi susu dan sandwich. Aku tersipu sendiri melihat Jennie yang begitu nyenyak, wajahnya bahkan lebih cantik ketika tidur. Dia sempurna dan lebih dari sempurna untukku. Dia seperti malaikat ketika matanya terpejam, meskipun sedikit menakutkan jika mata kucing itu terbuka. Dia indah dengan sendirinya, tanpa perlu dilengkapi apapun, dia lebih dari cukup. Dan dia milikku.