Dua minggu sudah sejak terakhir Lisa melihat Jennie. Begitupun sebaliknya. Jennie terlalu malu untuk mencari, dan Lisa terlalu enggan untuk muncul. Seperti saat ini, ia berdiam sendiri didalam mobil melihat kearah dimana mobil Jennie biasa terparkir, tapi setelah beberapa saat Jennie tak kunjung keluar dan ini saat yang tepat untuk Lisa.
Lisa memakai hoodie dan topi dikepalanya, perlahan keluar dan memeriksa sekitar, sedikit rumit namun diharuskan. Tapi begitu ia turun dan berbalik, sosok yang ia hindari berdiri didepannya dengan mata tajam yang gelap. Lisa berkedip dan menunduk tak ingin menatap seseorang yang biasa ia panggil Cutie Cat.
"Kenapa kau menghindariku?"
Jennie bertanya dengan yakin dan tegas tapi tetap tak membuat Lisa menatapnya."Bukankah kau selalu mengusirku?"
Lisa akhirnya membuka suara dan menatap kemana mata Jennie memandang, tentu kearahnya. Namun Jennie membuat Lisa gugup ketika ia melangkah mendekat."Bukankah kau berjanji pada Mommy ku untuk menjagaku?"
"Jen, aku bisa menjagamu karna kau temanku. Aku akan tetap menjagamu"
Belum sempat Lisa menyelesaikan kalimatnya, Lisa dibuat mati kutu dengan apa yang Jennie lakukan. Ia berjingjit dan menarik tengkuk Lisa kemudian mencium bibir tebal yang sudah sekian lama tak ia lihat. Jennie menutup matanya sembari meremas rambut Lisa. Lisa tak mampu berkutik dan juga tak bisa mengelak dari bibir yang melumat bibirnya. Lisa membalas ciuman bahkan mereka saling melumat seolah lupa mereka ditempat parkir. Namun ketika Lisa hendak memeluk pinggang Jennie, Jennie melepas ciuman.
"Tapi teman tak melakukan ini kan?".
Lisa hanya diam terutama saat Jennie memeluknya.
"Ayo jaga aku lagi, ayo ganggu aku lagi, aku ingin mengusirmu lagi" ucapnya sembari menenggelamkan wajah di ceruk leher Lisa.
"Aku merindukanmu"
Lisa hanya tertegun dan diam dalam posisi yang canggung, sebab seseorang datang dengan wajah angkuh dan smirk yang mengerikkan kemudian dia dengan dua orang yang lain bertepuk tangan didepan wajah Lisa.
Jennie hendak melepaskan pelukan tapi Lisa justru menahan dan mempererat pelukannya.
"Woahh, kau berhasil manoban? Aish aku akan mengalami kerugian"
Lisa sama sekali tak menjawab orang itu dan hanya memeluk Jennie seerat mungkin.
"Whoaa okok, kau menikmatinya bukan. Baiklah ini kunci mobilku hadiah taruhan kita" kemudian orang itu melempar kunci mobilnya dan pergi sembari tertawa.
Tanpa Lisa sadari, air mata mulai mengalir ke pipi nya yang juga membasahi dadanya. Dalam diam Jennie merasakan kecewa bahkan membuatnya lemah, ingin sekali Jennie melepaskan pelukan tapi ia tak sanggup bahkan untuk menahan tangis. Jennie hanya meremas jaket Lisa. Tapi Lisa menggendong Jennie dan membawanya masuk kedalam mobil. Dan dalam perjalanan mereka hanya diam dengan pikirannya masing masing hingga mereka sampai di Sungai Han. Mereka tak berniat untuk turun, Jennie hanya diam dengan tatapan kosong nya, juga Lisa yang menunduk menutupi kepalanya dengan upluk.
"Bisakah kau jelaskan apa yang aku dengar tadi?" Jennie bertanya tanpa perlu menatap Lisa yang masih menunduk sembari meremas tangannya sendiri.
"Maafkan aku"
Lisa berbicara dibalik getaran tanpa arti.
"Aku tak menyangka harga diriku seharga dengan mobil"
Lisa semakin ketakutan dan gugup setengah mati, ia berusaha mencari alasan tapi rasanya terlanjur.
"Jen, itu tak seperti yang kau pikirkan"