"Nii-chan !" Naruto menghampiri Deidara saat melihat kakakknya itu memasuki restoran hotel untuk sarapan.
"Nii-chan tidak papa kan ?"
"Kenapa ?"
"Ish ! Masih tanya kenapa, mantan sialanmu yang tidak tau diri itu tiba-tiba muncul dan tidak tau malunya mengatakan omong kosong bahwa kau masih mencintainya!"
Deidara terkekeh, mengusak kepala Naruto, kebiasaan yang sering dia lakukan saat gemas dengan Naruto.
"Oh, tangan Nii-chan hangat ?" Naruto menahan tangan Deidara dan menempelkannya di pipinya.
"Dia demam tadi pagi, tapi aku sudah memberikannya obat dan juga vitamin" terang Itachi yang baru datang menyusul Deidara.
Naruto menatap Deidara khawatir.
"Aku sudah tidak papa," ujar Deidara. "Daripada itu, bagaimana malammu heh? Sasuke tidak mengeluarkannya di dalam bukan ? Ku dengar dari doktermu kau belum boleh hamil dalam waktu dekat ini. Uchiha dengan spermanya yang terlalu manjur itu berbahaya jika Sasuke menembhak umph -!"
"Mouu!! Nii-chan mulutmu terlalu licin !!" Seru Naruto menyumpal mulut sang Kakak dengan tangannya saat mendengar ucapan-ucapan tanpa sensor dari sang kakak yang mengundang tatatapan penuh keingintahuan dari tamu-tamu hotel lainnya dan para orang tua yang waras menutup telinga anak-anak mereka yang masih di bawah umur.
Itachi menggeleng, mulut ceplas ceplos pasangannya itu memang mengkhawatirkan. "Lebih baik kita segera duduk, bukankah kau bilang kau lapar ?" Ajak Itachi.
Deidara mengangguk, lantas dia dan Naruto pun segera menghampiri meja dimana Sasuke dari tadi duduk dan menikmati sarapannya dengan kalem. Sementara Itachi pergi untuk mengambilkan makanan untuknya juga Deidara.
"Mulut Nii-chan mengerikan, aku akan adukan pada Papa nanti" dumel Naruto sembari melanjutkan sarapannya. Oh ya, para orang tua memutuskan untuk pulang duluan, mereka memilih untuk membiarkan anak-anak mereka liburan dan mereka menggantikan posisi Sasuke dan Deidara sementara selama anak mereka liburan.
"Hahaha, tapi tidak ada yang salah dari ucapanku bukan ?"
Naruto mendengus. Membenarkan.
"Jadi, apa yang Nii-chan akan lakukan ?" Tanya Naruto akhirnya setelah Sasuke pergi menyusul sang Kakak karena ingin mengisi cangkir kopi nya.
Deidara mengangkat bahunya. "Tidak tau ? Toh dia tidak ada hubungannya lagi dalam hidupku"
"Itachi-Nii ?"
Deidara mengernyit , "ada apa dengan dia ?"
Naruto menggeleng. "Mungkin Tachi-Nii tidak memperlihatkannya, tapi aku yakin dalam hati dia ingin sekali mematahkan tangan orang itu kemarin saat dengan beraninya menyentuhmu"
"Hm... aku tidak akan memungkiri itu, terlihat di balik wajah kalemnya"
"Nii, kau.... .... pernah mengatakan kau mencintai Tachi-Nii ?" Tanya Naruto ragu.
Alis Deidara terangkat sebelah, "untuk apa ?"
Naruto menghela, "Nii-chan, cinta memang tidak harus selalu di ucapkan, tapi... terkadang jika kau mengucapkannya secara langsung, setidaknya pasanganmu -Tachi Nii akan merasa aman."
"Huh ?"
Naruto menggeleng pelan, Kakaknya memang sangat bodoh dalam hal cinta. Atau gengsi untuk mengucapkannya ? Entahlah, kakaknya memang aneh. Yang kakaknya tau, cinta tidak perlu di tunjukkan dengan kata-kata, hanya dari perlakuan dan sikap saja. Contohnya kalau dia tidak cinta Itachi mana mungkin bayi di perutnya jadi bukan ? Begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yours !? No, It's Mine !
FanfictionJadi begini Intinya cerita ini mengandung BOYSLOVE dari imajinasi tak terkendali penulis. Jadi buat yg HOMOPHOBIC ya boleh tinggalin aja lapak ini, ga usah kepo untuk buka apalagi baca yg ujung"nya komen ga ngenakin. Oke!? Warning!!!! Rate fanfic 18...