Justice Appears

500 60 20
                                    




Sakit....

Nyeri....

Sesak dan mual...

Bau anyir darah menusuk hidung.

Semua itu Gang Tae rasakan saat ia terbaring di lantai kayu dingin berbau apak dan penuh dengan debu bahkan sarang laba-laba. Pandangannya terlihat buram, ia berusaha keras membuka matanya, namun terasa berat, begitu juga saat ia ingin bangun, kakinya terasa tak sanggup digerakkan, telinganya berdengung. Ia hanya samar-samar mendengar suara jerit tangis seorang wanita, tangisan seseorang yang ia cintai, sebelum perlahan-lahan menyerah dalam kegelapan.




















Bip...     Bip...     Bip...     Bip...

Perlahan bunyi samar itu terdengar, semakin lama semakin jelas, seiring dengan kesadaran Gang Tae yang mulai muncul. Ia merasa seperti bangun dari tidur yang sangat panjang, dengan beragam mimpi acak yang ia alami, namun tidak ada satupun yang indah.

Perlahan ia membuka matanya yang entah mengapa, terasa sangat berat seperti ada beban besar yang mengganjal. Ia hanya melihat cahaya terang pada awalnya, namun masih terlihat buram, ia berusaha mengerjap-ngerjapkan matanya, dan lampu neon di atas plafon semakin terlihat jelas sekarang.

Ia menurunkan pandangannya dan memindai sekitarnya, sekarang ia tahu dari mana bunyi Bip itu berasal, dari mesin yang terpasang di samping tempatnya berbaring. Bau desinfektan mengudara menyapa hidungnya. Ia mulai menggerakkan jarinya dan mencoba membuka dan menutup telapak tangannya, terasa kaku dan sedikit nyeri karena jarum infus tertancap di punggung tangannya.

Tidak ada siapapun di ruangan itu untuk ditanyakan tentang apa yang sudah terjadi. Jadi ia mencoba mengingat kepingan terakhir kejadian sebelum ia tidak sadarkan diri. Ia ingat ia dikeroyok oleh banyak orang berbadan lebih besar darinya. Tubuhnya, terasa sangat sakit sampai rasanya ia tidak mampu menjerit. Ia juga ingat tangisan seorang wanita, kekasihnya, Sang Mi. Dimana dia? Apa dia baik-baik saja?

Semakin memikirkannya, kepalanya semakin sakit, kerongkongannya terasa sangat kering, ia ingin minum, tapi belum sanggup mengambilnya sendiri. Jadi ia menunggu. Tidak sampai tiga puluh menit, karena ia terus menatap jam dinding sejak ia tersadar, lalu seseorang membuka pintu.

"Aigooo, sobatku Gang Tae! Kau sudah bangun?"

Jae Soo melangkah masuk membawa tas berukuran sedang dan beberapa kantong plastik di tangannya. Ia menaruh bawaannya di lantai dekat nakas sebelum mendekat pada Gang Tae.

"Bagaimana kabarmu kawan? Sudah siap adu makan pizza terbanyak bersamaku lagi?"

Gang Tae ingin tertawa, tapi nyeri di sudut bibirnya dan rahangnya masih terasa berdenyut, jadi ia hanya menghembuskan nafas singkat.

"Aku...haus..." Akhirnya ia mengeluarkan suaranya yang terdengar serak.

"Itu sebabnya jangan pergi ke gurun sahara yang mematikan sendirian dan tidak mengajakku, akibatnya kau jadi kehausan begini kan." Jae Soo masih sempat menyindir sebelum menuangkan air ke dalam gelas berisi sedotan dan meminumkannya pada Gang Tae.

Lega. Itu yang Gang Tae rasakan ketika cairan bening dalam gelas mengalir ke kerongkongannya. Setelah memuaskan dahaganya, ia bertanya pada sahabatnya.

"Dimana Sang Mi? Apa dia baik-baik saja?"

"Dia baik-baik saja. Aku memaksanya pulang supaya dia bisa beristirahat, lukanya memang tidak separah dirimu, tetapi tetap saja dia masih shock, terlebih lagi melihat kondisimu yang tidak sadar. Dia terus saja menangis dan memanggil namamu."

Trusting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang