"Ya. Aku sudah siap. Aku akan mengundurkan diri dan pergi dari kota ini."
"Apa?!" Seung Jae menarik nafasnya terkejut.
Sang Mi menatap Seung Jae yang sedang membelalakkan matanya dengan mulut terbuka yang masih berisi makanan tanpa ekspresi.
"Aku sudah membuat surat pengunduran diriku kemarin, dan setelah kupikir-pikir, mungkin aku akan mencoba untuk tinggal di Busan. Aku masih belum bisa kembali ke kota kelahiranku, rasanya masih terlalu sakit."
Seung Jae cepat-cepat menelan makanannya. "Tapi Sang Mi, apa kau sungguh-sungguh? Maksudku, ini terlalu cepat. Jangan terburu-buru mengambil keputusan disaat kau sedang emosi, karena saat itu kau tidak bisa berpikir jernih."
"Lalu aku harus apa? Diam saja menunggu? Menunggu apa? Menunggu mereka menikah? Wanita itu bilang kalau Gang Tae akan meninggalkanku, dan Gang Tae bilang dia ingin bicara denganku, apalagi kalau bukan mengucapkan kata-kata perpisahan? Lebih baik aku yang meninggalkannya lebih dulu Seung Jae, setidaknya itu bisa sedikit mengurangi rasa sakitku, meskipun hanya sedikit. Aku tidak mau terlihat bodoh di depan mereka." Sang Mi mengepalkan tangannya menahan air matanya agar tidak menetes lagi.
Seung Jae menghela nafas panjang, ia bersandar lemas di kursinya dan menundukkan matanya, berpikir kata-kata apa lagi yang bisa membujuk Sang Mi untuk tetap tinggal, tapi ia tidak menemukan satu kata pun, karena ia melihat tekad Sang Mi sepertinya sudah bulat. Ia melirik sahabatnya sejenak, menegakkan tubuhnya kembali dan melipat tangannya di atas meja. "Apa kau mau kutemani ke RS?" Tanyanya.
"Tidak Seung Jae, aku bisa menghadapinya." Ia mengambil nafas sejenak. "Aku harus bisa." Lanjutnya pelan. "Aku akan sangat berterima kasih jika kau mau menjaga Soo Jin di rumah sementara aku ke RS, aku tidak ingin Soo Jin merengek jika ia melihat Gang Tae disana."
"Tentu saja, aku pasti akan menjaganya." Seung Jae pun menggenggam erat tangan Sang Mi di atas meja, mengusapnya, mencoba memberi kekuatan pada sahabatnya. Sang Mi pun balas mengenggam erat tangannya, ia sedikit tersenyum, meskipun air matanya jatuh ke pipinya.
Malam itu saat Sang Mi berbaring di tempat tidur, ia kembali merenungi keputusannya. Apakah ini benar-benar jalan terbaik? Ataukah semata-mata hanya karena egonya? Namun setiap kali ia bimbang, bayangan kejadian itu kembali lagi melintas di benaknya, ibarat luka yang ditimpa besi panas, rasanya semakin sakit. Membuat tekadnya muncul lagi. Sampai ia merasa lelah sendiri berperang dengan batinnya, dan akhirnya menyerah dalam tidurnya.
Sang Mi sedang bersiap-siap memasukkan beberapa barang-barang ke dalam tas untuk dibawa ke RS saat Seung Jae muncul di pintu kamar sedang menggendong Soo Jin. "Apa kau yakin akan melakukan ini Sang Mi? Masih ada waktu untuk berubah pikiran." Tanya Seung Jae perlahan.
Sang Mi tetap fokus dengan kegiatannya, tidak berhenti sedikitpun sampai ia sudah selesai dan menatap Seung Jae dengan sendu. "Aku tidak punya jalan lain lagi Seung Jae. Aku pergi dulu. Aku titip Soo Jin, tolong jaga dia." Kata Sang Mi sambil mengusap rambut bayi kecil itu yang sedang sibuk meminum susunya.
"Kau tidak usah khawatir Sang Mi, justru akulah yang akan mencemaskanmu disini. Tidak bisakah kami ikut saja?" Pinta Seung Jae memelas.
Sang Mi tersenyum lemah. "Tidak Seung Jae, kau tahu alasannya kan? Doakan aku tidak bertemu dengan mereka." Sang Mi pun langsung berjalan menuju pintu keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trusting You
FanficWhen she thinks that today is her happy day, suddenly it turns to be a worst day, Sang Mi have a disaster that just happened in one night, whole her world seems like hopeless, until she met one guy who helped her.. He is Gang Tae.. Can she trust him...