Beberapa bulan kemudian...
Beberapa lembar kertas berserak di atas meja. Buku-buku terbuka, laptop dalam posisi sleep, sama seperti si empunya yang tengah tertidur.
"Assalamualaikum."
Ketukan di meja membuat pemuda yang tengah diselimuti lelah tersebut membuka mata. Ia menggeliat, kemudian menjawab salam.
"Nih, abon kiriman Ummah."
Uka mengucek matanya dan mengangguk.
"Mas sendiri? Mbak Ail mana?"
"Dia nggak ikut. Kasian bocil kalau diajak ke sini pas lagi musim begini."
Uta, kakak kedua dari Uka, datang dari Indonesia, mengurus dokumen dan keperluan wisuda S2nya.
"Kamu mau lanjut di sini sekalian?"
Uka menggeleng cepat. "Nggak untuk sekarang. Aku mau pulang."
Uta yang baru membongkar koper menatap sekilas adiknya.
"Kenapa buru-buru pulang? Nanti yang ada, kamu cuma diledekin sama Almira. Berantem lagi kalian. Dia udah nikah sedang kamu, masih belum laku."
Tubuh Uka menegang.
"Almira nikah?"
Uta santai menjawab pertanyaan sang adik.
"Katanya. Dulu ada yang ketemu dia periksa kehamilan."
Lidah Uka kelu, benarkah apa yang dikatakan sang kakak? Di saat ia siap untuk pulang dan meminang, kenyataan datang jadi penghalang.
"Mas, jangan main-main. Ini prank kan? Mas ngisengin aku kan?"
"Ka, apa untungnya nge-prank kamu? Aku bukan Kang Ubay yang suka iseng. Lagian, wajar kalau Almira pilih menikah. Dia sekarang hidup sendiri. Nggak punya siapa-siapa. Kalau dia nikah, setidaknya ada yang menjaga dia, menafkahi dia."
"Sendiri gimana? Ayahnya kan ada."
Uta mengernyit. "Kamu belum tau? Ayah Almira udah meninggal sebelum dia lulus. Aku sama Ail dulu sering ketemu dia jualan sayur, habis lulus. Di pasar pagi. Buat sekedar hidup. Rumornya, Al juga kerja di kafe tiap malam. Nah, kalau sekarang dia nikah, kan wajar."
Uta mengembus napas.
"Sebenarnya banyak berita kurang enak yang tersebar tentang Almira, Ka. Ummah ingin mengklarifikasinya, tapi Abah melarang. Almira tak lagi jadi tanggung jawab mereka. Dia sudah lepas dari pondok."
"Rumor apa Mas?"
"Ya banyak, mulai dari dia itu istri simpanan orang. Pelakor. Sengaja jual diri untuk mencukupi hidup. Namanya dicoret dari daftar alumni oleh Abah. Rumor itu berkembang dikalanhan para alumni dan sempat membuat Abah kepikiran. Padahal selama ini, kan, Almira itu kebanggaan pondok kita."
Pemuda dua puluh lima tahun itu menelan ludah. Ia bahkan tak tahu apa-apa tentang Almira lagi. Dalam waktu satu tahun lebih, banyak hal yang terjadi dalam hidup Almira yang ia tidak tahu.
Benarkah jika Almira telah menikah? Pertanyaaan besar menghantui pemuda yang tengah bersiap menjalani sidang skripsi itu. Semangat hidupnya mendadak hilang.
"Mas kapan mau pulang?"
Pertanyaan Uka membuat Uta tersenyum.
"Mau ikut pulang?"
Pemuda yang ditanya tetlihat berpikir.
****
Bau minyak telon khas bayi memenuhi ruangan. Attar kini sudah bisa berguling-guling di atas kasur. Tingkahnya yang menggemaskan membuat lelah ibu, kakak, serta neneknya seketika hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejelas Idzhar (END)
Romance"Jadi perempuan jangan terlalu lugas. Jadilah seperti ikhfa, agar tak terlalu mencolok." "Kalau bisa sejelas Idzhar, kenapa harus samar seperti ikhfa?" Kisah Almira Aisyah Azzahra dalam meraih mimpinya ditengah keterbatasan.