Part 32

1.3K 117 55
                                    

Perjalanan panjang pertama sang pengantin baru, menyisakan lelah. Si pria sudah berpamitan untuk mengurus beberapa hal di kampus, bersama sahabatnya, Haidar.

Ada sebuah pesan tertempel di gelas berisi susu di atas meja. Telur mata sapi dengan saus tomat berbentuk hati tersedia di atas meja. Almira terkikik. Ia baru selesai mandi dan bersiap menyusul Uka.

Rumah milik kakak iparnya itu tak jauh letaknya dari kampus Uka. Dia bisa menggunakan fitur pemandu arah untuk menyusul sang suami, persis seperti yang dititahkan Uka tadi.

Setelah memakan sarapannya, gadis bergamis coklat susu itu segera menyandang tas dan pergi. Secarik kertas berbunyi, "Semoga segelas susu ini mengandung keberkahan. Cukup menutrisi bidadariku di pagi hari. Maaf, aku hanya bisa memberimu secangkir susu."

Almira berpikir, mungkin inilah yang dibilang indahnya pengantin baru. Ah, bukan, indahnya pacaran. Ya, mereka sekarang sedang di tahap pacaran, meski sudah menikah, tetapi keduanya sepakat untuk memulainya perlahan, utamanya masalah membangun keintiman.

Daun-daun berguguran. Sesekali tangan Almira menengadah menangkap dedaunan berwarna orange kecoklatan itu.

Uka menyuruhnya menunggu di salah satu tempat, mungkin itu adalah sebuah kafetaria yang disajikan pihak kampus. Setelah mengabarkan posisinya, Almira memilih satu tempat duduk.

Dari kejauhan ia melihat sang suami tengah berbincang dengan beberapa rekannya. Tangan Uka melambai, Almira membalasnya. Sebuah pesan masuk dari, meminta Almira menunggu sebentar lagi.

Wanita itu menggunakan waktunya bermurajaah. Hingga beberapa wanita mendekatinya.

"Hai, nungguin Ukasya ya?"

"Oh, iya, Kak." Almira menjawab dengan ramah.

"Ma-Mi ... Mira? Misa? Mara? Eh siapa namanya?"

"Ah, aku Almira."

"Oh, Mira. Hai, aku Zahra, ini Yasmin. Kami temen deket Ukasya."

Almira mengangguk-angguk.

"Kamu cantik banget deh, mirip sama kakakmu ya. Hmm... Memang luar biasa ya gennya. Beruntung banget itu dulu Kak Zuhaira dapetin Gus Utaybi, sekarang sasaran empuknya tinggal Gus Ukasya. Memperbaiki keturunan," cerocos Zahra.

Almira meringis.

"Allahu akbar, enak aja sasaran-sasaran. Berani lu ama gue. Laki gue mau dijadiin sasaran."

"Dek, kakakmu sukanya apa sih? Dia tuh galak-galak kaku gemesin gitu. Suka jual mahal. Bagi tips deketin dia dong."

"Lah busyet, gue dikira adeknya. Woooooi gue istrinyaaaa!!!"

Batin Almira semakin menjadi-jadi.

"Hmm ... Kak, gimana ya ... Kakakku itu nggak suka sama cewek, Kak. Hmm ... Dia ... Anu ... Agak .. Ya gitu. Kakak paham, kan? Itulah kenapa dia milih di asrama cowok tinggalnya. Bukan di rumah Bang Uta. Padahal jelas-jelas enakan tinggal bebas di rumah sendiri, kan, ya? Tapi, ya gitu, kalau di asrama, kan, bisa bobok bareng. Mandi bareng, anuan bareng sama cowok-cowok. Sama ... Bang Haidar."

Mata Yasmin dan Zahra membulat sempurna.

"Eh, Dek kamu bercanda, kan?"

"Ih, kakak, aku bukan pelawak tau. Ngapain bercanda, nggak ada untungnya. Tapi, ssst jangan bilang-bilang ya. Tuh, liat aja, dia meluk-meluk Bang Haidar. Tuh, liat. Dia nggak suka cewek, Kak."

Almira berbicara setengah berbisik.

"Ini, rahasia loh ya. Kan, kakak cantik sahabatan deket, kan, ya sama Mas Uka? Ya kan? Jadi, aku bocorin, rahasianya."

Sejelas Idzhar (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang