"Heh, bangun!" Farel menepuk-nepuk lengan Tito nggak santai. "To, bangun lo!"
Artito melek dikit dengan dahi berkerut samar, "Hah? Gue di mana?"
Buset, Tito kalo bangun tidur udah kayak pasien abis kecelakaan aja nanya di mana segala.
"Akhirat," kata Farel asal. "Man Robbuka?!"
GUOBLOK, TENAN!
Tito ngegeplak bahu si kakak tingkat asal. "Tolol lo, bangsat! Kagak boleh main-main sama agama."
"Orang gue main-mainnya sama lu, bukan sama agama."
Hadeh, percuma juga Tito debat sama titisan reog kayak Farel. Kagak ada guna. Yang ada dia mati muda karena darah tinggi karena kebanyakan emosi.
"Dah, ah, gue turun." Dan Tito pun ngebuka pintu mobil Farel untuk kemudian turun dari sana.
"Heh!" teriak Farel depan pintu mobilnya saat Tito baru ngebuka pagar kecil rumahnya, "Nggak ngucapin makasih?"
"Udah."
"Kapan?"
"Tadi, ish!" kata Tito nyolot, lalu menunduk buka slot pagarnya dan menggumam melanjutkan, "Dalam hati."
ANEH BANGET DALAM HATI, DISANGKA FAREL TUH ROY KIYOSHI APA?!
Farel dari jarak satu meter mengerutkan dahinya, nggak ngerasa Tito ngucapin makasih sama sekali.
Yaiyalah, orang dari hati Tito. JIAKH.
"Ya ud—"
"Abaaaang!" Suara anak kecil menarik atensi Tito, juga Farel.
Tito lantas tersenyum lebar banget, senyum tiga jari sebutannya. "Leaaaaaaa!"
Terus Tito berjongkok sambil merentangkan tangannya, yang mana langsung anak kecil itu dekati. Masuk ke dalam pelukan Artito.
Oh, wow, drama keluarga bahagia apa yang baru aja gue tonton? batin Farelino sarkas.
Di belakang anak kecil itu, terdapat seorang wanita paruh baya yang membawa dua kantong kresek gede penuh di genggamannya.
"Bun, kok nggak telepon abang aja? Biar abang jemput. Kan kasian Bunda bawa berat-berat."
Asli ya, Farelino Adrian yang ngeliat cara Tito bicara sama ibu dan adiknya, juga kelakuan Tito yang seketika kayak anak kucing penurut tuh ngebuat Farel agak bingung. Pangling banget, anjay.
Mohon maaf lahir dan batin, biasanya Farel kan ngeliat Tito tuh udah macem barongsai.
"Abang pulang sama siapa?" tanya ibunya Tito sambil menyerahkan kantong belanjanya. "Motor abang ke mana?"
"Mogok, Bun, jadi nebeng sama temen," jawab Tito sambil menunjuk Farel dengan isyarat matanya.
PLEASE???? INI ARTITO KALO DI RUMAH????
Farel jadi berpikir kalo sebenernya Tito kalo di luar rumah itu ketempelan jin saking laknatnya kelakuan.
Ibu Tito menoleh dan tersenyum. Senyumnya adem banget, jujur. Enggak kayak anaknya, dah, pokoknya.
"Makasih, ya, udah nganterin Tito," ucap bundanya. "Ayo, masuk dulu. Makan siang sekalian uhm ...?"
"Nama saya Farel, Tante." Farel memperkenalkan dirinya sopan.
"Ayo, masuk, Farel."
Farel mau nolak saat dirasanya ada tatapan iblis yang ngeliatin dia di belakang bundanya Tito alias anak bunda sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Morosis
Teen Fiction[Spin-off Stoic : Geraldy dan Ezravine.] Artito tuh cuma fudan yang suka homo pada umumnya, tapi dia yakin kalo dia ini lurus banget selurus rambut Dora. Kemudian, sahabatnya satu-satunya Ezravine Athala akhirnya punya pacar cowok juga, si kakak tin...