Bagian 15

10.8K 489 20
                                    


Ara's POV

" Gue masih nggak percaya sama cerita lo Ra. Kaya mimpi. " Ujar Widi

" Kenapa baru sekarang kamu cerita ke kami? " Tanya Eva.

" Meskipun begitu gue ikut seneng dan juga terharu Ra. Nggak nyangka lo bakalan jadi orang kaya... " Kata Ririn.

" Bukan cuma lo Rin yang seneng, tapi kita semua juga seneng. " Jawab Mimin dan diikuti anggukan yang lain.

" Bukan jadi orang kaya, tapi ikut orang kaya. " Ralatku.

" Sama aja, aku bener-bener iri sama kamu, speechless juga " Ujar Eva.

" Jangan-jangan mobil yang waktu itu nganterin lo, itu orangnya Ra? " Tanya Widi.

" Yang mana Wid? " Tanya Mimin.

" Yang waktu itu gue ceritain ke kalian inget nggak? " Ujar Widi.

" Yeee.. Ara bilang itu cuma temannya Wid " Jawab Ririn.

" Ya, itu orang yang aku maksud temen-temen... " Jawabku.

" Haaah.! " Teriak mereka serempak karna kaget.

" Aaaaa... "
" Gila.! "
" Astaga... "
" Ya ampuuun... " Mereka serempak mengeluarkan reaksi yang berbeda-beda.

" Tapi lo bilang... "

" Aku nggak mungkin langsung bilang sama kalian kalau belum tahu kepastiannya. Aku baru cerita ke kalian karna ini sudah pasti, ntar sore aku mulai pindah. "

Lagi-lagi mereka terkejut dengan penjelasanku.

" Ntar sore? Ya Tuhan... " Ujar Ririn.

Saat ini kami sedang berada di warung bakso depan pabrik karna jam istirahat, selesai makan kami pun ngobrol dan kesempatan ini kugunakan untuk menceritakan semua hal tentang aku dan kak Vina. Mulai dari biaya perawatan Denis yang ditanggung kak Vina, sampai akhirnya aku dijadikan adik angkatnya. Tentunya tanpa cerita kejadian malam itu. Dan begitulah tanggapan mereka.

" Tapi setelah itu lo masih mau kerja disini kan? " Tanya Widi.

" Entahlah...kuharap nggak akan ada yang berubah dariku dengan kehidupan baruku. Aku nyaman dengan keadaanku yang sebelumnya. " Jawabku.

" Jangan gitu Ra, kan belum dicoba " Ucap Eva

" Tapi pasti semua akan berubah... " Ujar Ririn. Aku menghela nafas tak menjawab. Mereka memelukku.

Semua orang pasti merasa senang jika kehidupan mereka berubah 180° ke arah yang lebih baik, tapi tidak denganku. Aku takut perubahan hidup yang ku alami membuatku merasa asing, karna aku bahagia dengan hidupku bersama keluargaku. Meski hidup dalam serba kekurangan, tapi kebersamaan kami mampu menutupi semua kekurangan yang ada. Namun lagi-lagi aku juga tidak mungkin menolak permintaan kak Vina.

" Yang jelas, kamu jangan pernah lupain kita ya Ra? " Ujar Eva.

" Awas aja kalau lo sampai kaya gitu.! " Ancam Widi. Aku tertawa.

" Kalian itu kenapa sih? Lebay...belum apa-apa juga. " Kataku. Mereka tersenyum.

" Eh ayo, bentar lagi jam istirahat habis. " Ujarku lalu mengambil uang didompet dan diikuti mereka.

Kami menyerahkan uang masing-masing kepada Mimin untuk dibayarkan ketukang baksonya, lalu keluar dari warung dan menunggu Mimin yang masih didalam membayar bakso.

" Bang Cecep.! Udah ni...jadi semua berapa?!! " Teriak Mimin terdengar dari luar.

" Dasar tu anak, bang Cecep didepannya juga pakai teriak-teriak segala. Sarap kali dia " Ujar Ririn membuat kami tertawa.

So Possessive (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang