Bagian 22

9.4K 506 65
                                    

Ara's POV

Perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya berakhir saat mobil yang kami tumpangi memasuki sebuah kawasan perumahan elit. Perlahan kami mengitari kompleks perumahan yang sangat luas ini, tak henti-hentinya aku memandang takjub dibalik kaca mobil. Sebenarnya tempat ini tak berbeda jauh dengan tempat tinggal kak Vina, namun disini sedikit lebih... Mewah. Menurutku.

Sering terlintas dikepalaku, bagaimana mereka bisa hidup mewah dengan mudahnya, bagaimana caranya?
Padahal aku yang miskin ini juga berusaha sangat keras untuk menuju nasib yang lebih baik? Menguras otak dan tenaga tapi apa yang kudapat seolah tak ada harganya jika disandingkan dengan orang-orang seperti mereka.

Tidak adil memang...

Kalau boleh jujur, dibalik rasa takjub dan keluhku ini, sebenarnya aku juga menyimpan rasa sedih.
Perbandingan derajadku dengan kak Vina terlampau jauh, aku sadar bahwa aku sebenarnya tak cocok bersanding dengannya.

Bersanding?

Haahh...bahkan hubungan yg baru berumur sejengkal jari ini saja aku sudah berani-beraninya memikirkan kata Sanding. Lancang sekali aku.!

Tiba-tiba bahuku disentuh, aku menoleh ke arah kak Vina yang sedari tadi kubelakangi karna asik memandang ke arah luar, pada rumah-rumah tinggi, mewah, nan megah itu.

" Udah liatinnya... " tegurnya yg langsung membuatku tersipu,

" Rumah-rumah itu terlalu mustahil untuk ada kak... " Jawabku masih tak lepas dari rasa kagum

Kak Vina mendengus, dan itu membuatku heran.

" Itu hanya rumah, dengan penghuni yang rata-rata punya sifat yang juga mustahil " Jawabnya ketus, aku mengernyitkan alis.

" Maksudnya kak? "

" Udahlah...jangan bahas rumah-rumah itu lagi, hanya akan membuatmu iri. Percayalah....kehidupan harmonis seperti keluargamulah yang justru membuat iri orang-orang kaya seperti mereka. " Jawabnya.

Aku mengerti sekarang.

Ya...dibalik ketidak adilan hidup ini  Tuhan memang menaruh sesuatu yang tidak saling kami miliki, untuk saling kami pahami.

Dalam renunganku sekarang, pikiranku tiba-tiba saja berubah arah. Kesadaran ini membuatku sedikit lega dan bersyukur dengan keadaanku, keadaan keluargaku...

" Termasuk kakak juga? " Tanyaku kemudian, kak Vina menatapku intens...lalu menunduk dan menghela nafas,

" Iya... " Jawabnya seperti enggan, ku ulurkan tangan untuk menggenggam tangannya. Ia mendongak menatapku,

" Sekarang kita saling memiliki kak, keluargaku juga keluargamu. Jadi kak Vina nggak akan iri lagi kan?" Tanyaku berusaha membuatnya tak terpekur dalam rasa iri.

Dibelainya pipiku, tersenyum.
Aku sangat suka melihat senyumnya, sangat manis dan terlihat indah. Ekspresi wajahnya yang selalu kaku tersimpan senyum yang begitu menawan, yang aku yakin pasti jika orang melihat senyumnya akan tercekat hatinya karna terpesona.

..................

Mobil yang kami tumpangi memasuki sebuah halaman yang sangat luas nan indah.
Kami dipersilahkan masuk oleh dua satpam yang menjaga pintu gerbang. Halaman ini dipenuhi oleh taman yang juga sangat luas. Letak taman tak jauh berbeda seperti yang ada dirumah kak Vina, yaitu dihalaman depan. Bedanya, taman ini dua kali lebih luas. Rumahnyapun terlihat lebih megah dari kejauhan, dihiasi cahaya lampu yang menyorot indah disetiap sudut dinding. Bias cahanya seolah menunjukan bahwa setiap inci beton rumah sangatlah kokoh.

So Possessive (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang