Bagian 6

10.8K 604 8
                                    

Author's POV

Pertanyaan Vina benar-benar membuat Ara terkejut. Dia bingung harus menjawab apa, semuanya terkesan begitu mendadak...

" M...ma..maaf kak..."

"Hmm?" Vina mengangkat alisnya menatap Ara

"Kenapa tiba-tiba...." Ara bingung harus bertanya apa, otaknya seolah buntu karna terlalu kaget.

Vina masih menatapnya, membuat Ara semakin gugup.

"Kenapa kakak tiba-tiba minta Ara jadi adik kakak? " Tanya Ara pada akhirnya

" Karna aku ingin. Lagian aku udah nggak punya keluarga. " Jawab Vina tenang, yang semakin membuat Ara terkejut.

"Ma..maksud kak Vina, keluarga kakak sudah meninggal semua?" Tanya Ara masih tak percaya, mana mungkin orang secantik dan sekaya Vina tak mempunyai keluarga...

"Ceritanya panjang. Jadi gimana? Kalau kamu mau,kamu akan ikut tinggal bersamaku. " Sontak, kata-kata Vina membuat Ara tak bisa berkata-kata.

" Ara...Ara bingung kak, semuanya terkesan mendadak sekali. "

" Aku udah nolong adikmu, jadi apa kamu nggak mau gantian menolongku? Mmmm..sorry maksudku, aku nggak bermaksud mengungkit bantuanku..." Vina tercekat sendiri oleh kata-katanya, karna bukan itu yang ia maksud

Seperti memikirkan sesuatu, akhirnya...

"Aku kesepian....melihat kebersamaan kalian waktu itu jujur membuatku iri. Udah lama aku nggak ngrasain hal itu, berkumpul bersama keluarga...." Suara Vina berubah sendu

"Hanya karna satu masalah, aku nggak bisa bersama keluargaku lagi" Lanjutnya.
Ara terperangah.

Ia tak menyangka Vina mau menceritakan sedikit masalah pribadinya, meskipun tak secara detail. Apalagi mereka belum lama kenal.

Semua terdiam, tak ada kata-kata lain yang keluar dari mulut mereka berdua. Hanya berkutat dalam pikiran masing-masing

" Ara musti bilang dulu sama ayah dan ibu kak... " Jawab Ara pada akhirnya. Hanya itu yang bisa ia ucapkan...karna memang tak semudah itu memberikan jawaban tepat

" Apa permintaanku terlalu sulit? Aku hanya ingin kamu serumah denganku. Aku yakin orang tuamu pasti menyetujuinya. " Ujar Vina kembali Arogan

Ara terhenyak, dan kembali menunduk. Lagi-lagi ia terdiam berpikir, lalu...

" Ara sebenarnya nggak keberatan, bahkan senang sekali karna kakak udah mau nganggep Ara sebagai adik. Tapi untuk serumah dengan kakak....itu berarti Ara harus ninggalin ayah,ibu, juga De... "
Belum selesai Ara berbicara, Vina langsung memotong.

" Jangan berlebihan, aku hanya ingin kamu nemenin aku di rumah. Bukan untuk meninggalkan keluargamu. Kamu masih bisa mengunjungi mereka sewaktu-waktu "

Ara menunduk malu, namun ia juga memikirkan sesuatu. Apakah dia bisa beradaptasi dilingkungan baru? Apalagi itu ditempat orang kaya...yang segalanya pasti terlihat mewah. Tak seperti rumahnya yang kecil dan sederhana. Yang juga belum lunas cicilannya.

Selama ini Ara begitu bekerja keras membantu keluarganya untuk ikut mencicil pembayaran rumahnya, awalnya mereka hanya mengontrak dirumah itu. Tapi sang pemilik akhirnya mau menjual rumah itu kepada mereka. Maka dari itu setelah tamat SMA Ara memilih langsung bekerja daripada melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

" Tapi ini juga harus dibicarakan dulu sama ayah ibu kak, karna aku nggak...eh.."

Ara langsung menutup mulutnya karna dia baru saja menyebut ' Aku ',  sungguh tidak sopan sekali pikirnya....

" Nggak apa-apa jangan canggung lagi sama aku, aku juga nggak suka kalau kita terlalu formal " Ujar Vina mengerti kenapa tiba-tiba Ara terdiam.

" Baiklah, silahkan bicarakan hal ini sama orang tuamu nanti. " Lanjut Vina. Ara mengangguk.

" Setelah ini kamu mau pulang atau...? " Tanya Vina

" Ara mau pulang kak, seharian tadi aku dirumah sakit soalnya "

Vina tersenyum karna Ara masih belepotan berkata-kata, berusaha tak formal seperti yang Vina inginkan. Ara jadi malu sendiri.

" Kamu bawa motor nggak? Kalo nggak ayo ku antar kamu pulang " Vina berdiri dari tempat duduknya

" Nggak usah kak.. Iya aku tadi naik angkot, motornya ku tinggal di Omni. Biar dipake ayah. " Jawab Ara.

" Kubilang, ayo ku antar...! " Vina memang tak mau dibantah. Arapun menurut.

*****

Ara's POV

Kak Vina langsung pergi setelah mengantarku. Aku masih kefikiran pembicaraan kami tadi, bagaimana reaksi ayah dan ibu besok tentang hal ini?

Tiba-tiba handphone di dalam tasku berbunyi menandakan ada sms masuk,  aku mengambilnya dan ternyata dari ayah.
Aku terkejut tapi juga senang karna Denis sudah keluar dari ICU dan pindah ruang rawat inap kelas 3. Aku bersyukur perkembangan Denis bisa secepat ini, dan itu semua berkat kak Vina. Sangat mustahil akan cepat lunas jika kami memaksa ingin mencicil pinjaman kami padanya, karna kamipun belum lunas dengan rumah kami.

Beruntung sekali karna dia tak mau diganti, meski menurutku sedikit aneh.

Hah....mulai lusa aku akan kerja lagi karna sudah hampir seminggu ini aku off. Aku harus kerja mengingat keadaan Denis sudah lebih baik.

Esok harinya aku kembali kerumah sakit untuk melihat kondisi Denis dan tentu saja untuk menyampaikan hal yang aku dan ka Vina bicarakan semalam. Reaksi ayah dan ibu seperti yang kuperkirakan, kaget, bingung, dan tak menyangka.

Namun akhirnya mereka setuju mengingat apa yang dilakukan kak Vina untuk kami. Lagipula ayah adalah bawahan kak Vina, ibu takut ayah akan dipecat jika menolak keinginan atasannya.

*****

Vina's POV

Aku meletakkan kembali smartphoneku dengan perasaan bahagia. Baru saja Ara telfon dan ia mengatakan bahwa ia dan orang tuanya setuju. Aku tak menyangka akan secepat ini rencanaku berhasil. Meskipun aku harus menceritakan sekelumit masalah keluargaku, tapi tak apa karna suatu saat Ara juga akan mengetahuinya jika kuceritakan lebih detail. Aku tak masalah jika dia tahu apa yang pernah ku alami, karna aku ingin dia tahu.

' tok tok tok '

"Masuk" Ternyata siwi. Dia langsung duduk dikursi drpan mejaku.

"Ehem...kayaknya akhir-akhir ini lo sering banget ninggalin kerjaan, jadi lo sukses ya deketin tuh cewek? Kapan ngenalin ke gue? " Tanya Siwi langsung ke pokok pembicaraan.

"Lo itu ya....mau tau aja urusan gue.!" jawabku sewot

"Kok lo gitu sih, ya nggak apa-apa donk gue kan juga sahabat lo"

Aku tertawa mendengar jawaban Siwi

"Ok, dengerin baik-baik cerita gue..." Aku pun mulai bercerita

Siwi begitu antusias mendengarkan ceritaku dari awal aku menolong keluarganya sampai permintaanku pada Ara.

"Gila.! Sampe segitunya ya usaha lo buat dapetin dia" Siwi menggeleng-gelengkan kepala.

"Lo tau sendiri kalo gue bukan orang yang suka bertele-tele. Dan gue bakalan lakuin apapun demi dapetin apa yang gue inginkan" Jelasku padanya.

Siwi mengangguk,
"Gue bener-bener iri sama tuh cewek"

Dan kamipun terus ngobrol dari mulai membicarakan Ara sampai masalah restoku yang semakin baik perkembangannya setelah aku menambahkan modal usaha.

*****

(AMO)

So Possessive (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang