Bagian 28

8.6K 493 127
                                    

Ara's POV

Kuletakkan ponselku, sebisa mungkin menahan airmata yang sedari tadi memaksa unjuk diri. Berharap dengan tertahannya air mata ini, sakit hati juga akan hilang dengan sendirinya meskipun itu sangat mustahil.

Aku kira akan sangat mudah melewati hari-hari bersama kak Vina tanpa ada masalah, tapi ternyata semua hal yang terjadi akhir-akhir ini justru tak pernah terbersit dinalarku sebelumnya. Sama sekali tidak pernah...

Tadinya aku sangat optimis bahwa aku mampu untuk selalu menjaga hati kak Vina apapun yang terjadi, tapi apa sekarang? Jangankan menyentuhnya, bahkan melihatnyapun aku tak punya daya. Semua dikendalikan oleh ke angkuhan orang yang punya Posisi lebih tinggi daripada aku yang hanya kaum Bawah.

Beranjak dari kursi dan menuju tempat tidur, berjalan terseok karna merasa Kalah.

Kalah pada keadaan...

Kalah pada perasaan...

Dan mungkin Kalah pada Cinta.

Haaah...inikah yang dirasakan orang-orang saat patah hati?
Aku dengar patah hati karna cinta pertama itu sangat menyakitkan dan sulit untuk dilupakan.

Kuhela nafas yang terasa berat ini...

Hahhh......rasa kantuk kenapa tak kunjung menyerangku? Padahal itu yang sangat kubutuhkan saat ini, tidur dengan tenang agar penat ini sedikit berkurang.

Memandang langit-langit kamar, menanti pejam, menyambut lelap yang mungkin akan terasa hampa tanpa mimpi seperti hari-hari sebelumnya.

.............................

"Jadi sekarang lo balik lagi ke rumah?" Tanya Ririn

"Kalian nggak berantem kan Ra?" Sambung Eva. Aku menggeleng.

"Pantesan beberapa hari ini tiap pulang kerja aku liat kamu jalannya ke selatan arah rumahmu" Eva menggumam sambil memegangi dagunya berlagak memikirkan hal yang penting.

"Gue juga, tapi mau tanya ke elo lupa terus hehehe" Ujar Mimin dengan cengiran khasnya.

Aku heran dengan mereka karna memperhatikanku sampai begitu, bahkan aku pulang ke arah manapun mereka juga memperhatikannya. Tadinya aku tak ingin cerita apapun, tapi karna ditanya maka akupun menjawabnya.

"Kami nggak berantem kok, baik-baik aja malah. Yang jelas, aku kangen sama keluargaku makanya sementara aku pulang dulu." Jawabku sekenanya.

"Oh gitu... Iya sih,gimanapun juga rumah sendiri itu lebih nyaman" Sahut Widi.

"Trus motor matic lo kemana? Gue liat lo gak pernah pake motor itu lagi?" Lanjut Widi.

"Ada dirumah, saat ini aku lagi pengen naik angkot aja" Jawabku sekenanya, mereka mengangguk. Aku tahu mereka pasti belum puas dengan apa yang keluar dari bibirku.

Hening sejenak.

"Emmm Ra... gue mau tanya" Suara Ririn membuat reaksi ke tiga sahabatku yang lain menengok bersamaan kearah Ririn.

Seperti...was was?

"Ada apa ini?" Batinku

"Kalian kenapa?" Tanyaku heran

"Pasti lo mau nanya soal gossip sampah itu kan Rin?" Sentak Widi yang makin membuatku penasaran.

"Apaan sih lo? Kita kan juga butuh klarifikasi daripada mati penasaran? Lagian kita ini kan sahabatnya Ara, jadi wajarlah nanya-nanya....apalagi kalo itu gosipnya nyangkut salah satu dari kita" Ririn membela diri,

So Possessive (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang