Bagian 16

10.3K 577 28
                                    

Nala.....part ini buat kamu.

*****

Vina's POV

Aku sudah bersiap meninggalkan ruangan dan tidak sabar untuk segera menjemput Ara. Seharian ini aku bahkan tidak fokus kerja dan hanya membayangkan Ara.
Sebenarnya aku telah menyiapkan sebuah kejutan untuknya dan tak sabar melihat bagaimana reaksinya nanti.

Saat aku hendak mencapai pintu, tiba-tiba pintu terbuka dari arah luar.

" Astaga.. Lo nggak bisa ketuk pintu dulu? " Ujarku kesal setelah mengetahui ternyata itu adalah Siwi.

" Sabaaar... Lo udah mau pergi? "

kuputar bola mataku

" gue mau nyampein sesuatu yang penting.! " Lanjut Siwi setelah tak mendapat respon dariku, ekspresinya mulai sok serius.

" Buruan. Gue mau pergi. " Jawabku ketus.

" Kita nggak duduk dulu? Masak didepan pintu kaya gini? " Tanya Siwi.

" Siwiiii... " Aku mulai tak sabar.

" Ihh...Kamu nyebelin deh... " Ujar Siwi memulai akting manjanya. Lagi-lagi aku memutar bola mataku.

" Hihi..udah nggak mempan ya? " Tanyanya malu sendiri, aku geleng-geleng kepala.

" Ok. Besok lo harus ke Ciputat, ada sedikit masalah pada cabang kita disana. " Siwi mulai serius.

" Belum ada dua minggu operasi, masa udah masalah? " Tanyaku heran.

" Katanya gara-gara kelebihan stok bahan makanan. " Jawab Siwi. Aku menghela nafas.

" Seberapa banyak? " Tanyaku.

" Tiga puluh persen lebih banyak dari yang semestinya dipesan. " Jawabnya.

" Astaga... Kenapa bisa seceroboh itu??  " Ucapku. Meskipun tak banyak, tapi itu bisa dikatakan kesalahan besar.

" Mungkin lo musti evaluasi langsung beberapa staf atau bahkan manager disana Vin. " Usul Siwi

" Lo bener... " Jawabku.

Kami terus ngobrol tanpa duduk sama sekali, dan tentunya masih didepan pintu. Tak etis memang, tapi biarlah...karna pikiranku ingin segera pergi dari sini.

Setelah dirasa clear aku segera beranjak pergi karna hari sudah mulai gelap. Aku takut Ara terlalu lama menunggu, disms tadi dia bilang sudah pulang dari jam 16.00 karna belum ada lemburan lagi.

.............

Saat aku keluar mobil, aku lihat beberapa tetangga Ara memandangku lalu diikuti dengan bisik-bisik. Meskipun sangat terpaksa, kuusahakan untuk menyapa mereka dan langsung ditanggapi mereka dengan tersenyum dan sedikit menunduk. Lalu bisik-bisik lagi.

' Dasar tukang gossip.! ' Batinku

Kuketuk pintu rumah Ara dan langsung disambut Denis, karna anak itu yang membukakan pintu. Dia keliatan sudah benar-benar sehat sekarang. Namun sambutan Denis kali ini berbeda, meskipun memberi salim dan mencium tanganku tapi dia terlihat murung tak seriang kemarin.

" Hei jagoan...kenapa ditekuk gitu mukanya? " Tanyaku sambil duduk mensejajarkan badanku dengan tinggi badannya.

" Kak Vina mau jemput kak Ara ya? " Tanyanya. Perlahan matanya mulai berkaca-kaca.

" Oh tidak..jangan nangis ganteng.. " Ujarku sambil memeluknya. Melihat dia sedih membuatku tersentuh juga.

" Denis sayang..sini sama ibu, maaf ya neng, Denis baru tahu tadi setelah liat kakaknya beresin pakaiannya. " Bu Endang sudah berdiri dibelakang Denis, begitupun pak Adi dan Ara.

So Possessive (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang