Bagian 10

11.1K 576 18
                                    

Ara's POV

Bel jam pulang berbunyi nyaring sekali, aku segera mengemasi alat-alat tulisku. Tadi aku sudah minta izin untuk tidak ikut lembur karna harus ke rumah sakit. Meskipun Denis sudah ditemani ayah ibu, namun aku juga ingin melihatnya barang sedetikpun.

Segala perhitungan serta pendataan aku serahkan ke Aya, Adm senior sebelum aku. Aku bersyukur karna memiliki dan dikelilingi teman-teman yang senantiasa mau menolongku setiap saat. Bahkan hari ini banyak sekali yang menanyakan kabarku setelah aku nggak masuk kerja selama seminggu dan mereka juga menanyakan keadaan adikku.

Tadi sebenarnya Widi mau mengantarkanku kerumah sakit dan mau ikut-ikutan nggak lembur, tapi aku menolaknya. Huh...kalo inget kejadian tadi pagi aku malu sendiri. Dan yang paling menyebalkan  Widi dengan mulut comelnya slalu saja meledekku, hingga terus-terusan jadi bahan guyonan teman-teman saat istirahat.

Mimin yang terkenal 'Lebay' jika tertawa sampai lari ke toilet gara-gara mendengar cerita Widi yang waktu aku manggil pak Edo dengan sebutan 'Kak' yang aku sendiri heran dimana letak lucunya. Mimin sampai ngompol sedikit di celana, menjijikkan sekali.

............

Jam 17.00 tepat aku sampai dirumah sakit. Sebelumnya tadi aku pulang dulu untuk makan, mandi dan ganti baju.

Saat ini aku sudah berada didalam ruang perawatan Denis, dia sudah bisa duduk. Aku takjub dengan perkembangan kondisinya yang menurutku sangat pesat.

" Kak, kata pak dokter tadi 4 hari lagi Denis boleh pulang. Nih Denis udah bikin coretan buat Denis itung 4 hari " Denis menunjuk bantal yang dipangkunya.

Ya ampun..bantal rumah sakit dicoret-coret Denis. Disitu tertulis Selasa,Rabu,Kamis,Jum'at, mungkin karna ini hari senin dia menghitungnya dengan cara menulis 4 hari setelah ini. Namun aku heran darimana dia dapat pulpen? Dan rasa penasaranku terjawab,

" Ibu tadi kena teguran suster gara-gara itu Ra. Untungnya perawatnya nggak galak-galak banget. Habis gimana lagi Denis ngeyel maksa minjem tu pulpen,,ya udah deh.
Ibu nemu pulpen itu di laci mungkin milik pasien sebelum Denis. Denis masuk kesini itu udah ada disitu.. " Kata ibu menjelaskan.

Aku mengangguk lalu pura-pura melotot ke Denis hingga membuat anak itu tertawa. Ya ampun, aku rindu tawanya..

" Kamu tu ngeyel ya.... " Kataku mencubit pipinya pelan yang membuat Denis semakin tertawa.

" Gimana kerjaanmu tadi sayang? Kalo sibuk kamu nggak usah kesini, ntar capek sendiri kamu... " Tanya ibu khawatir

" Lancar bu, kemarin-kemarin tugas Ara sementara digantiin temen. Iya nggak apa-apa, pengen kesini aja tadi... " Jawabku

" Kamu udah makan? Ibu beliin nasi ya? " Tanya ibu lagi

" Nggak usah bu, tadi dirumah udah makan mie goreng " Jawabku

" Ara keluar dulu bu...mau ngobrol sama Ayah. " lanjutku, ibu mengangguk

Lalu aku mencium pipi Denis kemudian beranjak keluar menemui ayah yang tadi kulihat sedang duduk dibangku depan ruangan.

Sesampainya diluar aku melihat ayah sedang melamun.
" Yah... " panggilku,ayah menoleh lalu menyuruhku duduk disampingnya.

" Ayah nggak nyangka kamu bakalan jadi orang kaya Ra... " Ayah membuka suara sebelum aku bertanya.

" Ayah ngomong apaan sih..." Ujarku, ayah tersenyum

" Bu Vina itu meskipun sangat tegas, tapi semua karyawan di resto bilang dia sebenarnya sangat baik meskipun jarang sekali bersuara didepan kami. Ayah liat baru sama kita dia bicara banyak terutama sama kamu... Ayah bener-bener nggak nyangka dia bakalan milih kamu. Ayah juga sangat prihatin tentang masalah pribadinya yang menyebabkan dia sendirian, meskipun kita nggak tahu masalah seperti apa itu... " Jelas ayah panjang lebar

So Possessive (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang