Bagian 24

8.3K 505 58
                                    

Ara's POV

Sudah hampir jam tujuh sore, aku mengeluh karna baru sampai rumah. Hari ini adalah hari Sabtu, dan seharusnya aku pulang jam dua belas siang, tapi gara-gara ada sedikit masalah yg dibuat salah satu operator lineku tadi, maka seluruh anggota line Sewing harus ikut nanggung akibat. Alhasil kami semua pulang telat.

Memasuki halaman rumah, kulihat mobil kak Vina sudah anteng terparkir disana. Berarti dia sudah pulang....
Tumben sore sudah ada dirumah?

Aku disambut bi Sarmi yang langsung membawakan tasku. Perlakuannya sedikit membuatku merasa canggung,  karna tumben sekali bibi menyambutku seperti ini. Namun ada yang aneh pada ekspresi wajahnya, dia terlihat cemas karna terus menerus menggigit bibirnya sendiri dan juga alisnya pun terlihat mengkerut

" Bibi kenapa? " Tanyaku pada akhirnya

" Neng..... " Bibi tak melanjutkan kata-katanya, aku mengernyitkan alis dengan maksud memintanya untuk melanjutkan kata-katanya.

" Itu non Vina, dari siang nggak keluar kamar " Aku tercekat,
Itu berarti dia sudah ada dirumah sejak siang?

" Kakak emang nggak kerja bi? " Tanyaku heran

" Tadi sih kerja neng, tapi jam sepuluh non Vina sudah pulang. Masuk rumah tadi nutup pintunya dibanting sampai bibi kaget, kayanya lagi marah " Bi Sarmi menjelaskan dengan raut wajah khawatir

" Mungkin restoran kakak ada sedikit masalah bi..."

"Tapi bibi khawatir neng. Belum lagi non Vina belum makan dari pagi"

Aku cukup terhenyak, namun tak kuperlihatkan agar bi Sarmi tak semakin khawatir. Mencoba memberinya senyum,

"Ya udah ntar Ara ngomong sama kakak ya Bi..." Aku mengelus bahu bi Sarmi, dan terlihat itu sedikit menenangkannya.

Segera aku beranjak dari hadapan bi Sarmi, penatku merota ingin segera diguyur air hangat.

Sebaiknya aku temui dia nanti saja setelah mandi, karna aku tidak mau memperkeruh emosinya dengan bau keringat yang masih menempel ini.

Dan  dia pasti hanya emosi karna pekerjaannya.
Emosinya itu susah ditebak, bahkan aku tak berani mendekatinya jika ia sudah seperti itu. Namun cukup aneh juga kalo sampai dia mengunci diri dikamar seperti ini, pasti dia sampai sekarang belum makan....

Aku segera mandi, tidak sabar ingin segera menemui kak Vina dikamarnya, karna jujur gara-gara bi Sarmi aku jadi ikut khawatir dengannya.
Aku mandi secepat kilat, memakai kaos oblong dan menyisir rambut seadanya. Tak peduli kalau penampilanku terlihat sangat cuek.

Ada rasa bersalah karna beberapa hari ini setelah kami kembali dari Bogor, aku tanpa sadar sering mengacuhkannya hanya gara-gara teringat ekspresi tak suka dari papanya terhadapku.

Namun jujur, aku benar-benar merasa terintimidasi oleh tatapan itu pada saat itu, bahkan sampai sekarang masih sangat jelas terbayang bagaimana tajamnya sorot mata itu.

Tapi.... Aaaahh...harusnya aku tak begini, membawa-bawa kak Vina dalam masalah perasaanku. Mungkin karna aku juga dia jadi tidak fokus kerja, sampai akhirnya jadi kena masalah seperti ini.

Aku keluar kamar dan berjalan menuju kamarnya, tapi sebelumnya aku ingat sesuatu...dia pasti belum makan...

Segera aku berbalik arah dan menuruni tangga. Kemudian dengan langkah cepat aku menuju dapur, dan menemukan bi Sarmi yang ternyata juga sedang ada di dapur.

"Bibi lagi masak apa? " Sapaku setengah bertanya.

" Eh neng Ara..ini lagi bikin nasi goreng udang. Tadi siang bibi masak nasi banyak tapi  non Vina nggak mau makan. Jadi bibi goreng aja nasinya, siapa tau juga non Vina mau makan kalo menunya nasi goreng. Dia kan suka nasi goreng. " Jawab bi Sarmi panjang lebar.

So Possessive (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang