01 [Sang Pangeran]

781 110 4
                                    

Selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca!

•PARAMITA•

Tidak ada yang sepertinya di keraton.

Selalu bertingkah usil, nakal, pembangkang dan liar. Jauh berbeda dibandingkan ketiga saudara se-ibunya. Tak ayal, semua orang akan dengan mudah menebak siapa yang menyebabkan setiap kekacauan di keraton.

Agnibhaya atau Guningbhaya, begitulah namanya. Ada harapan besar dalam namanya disematkan oleh sang ayahanda. 

Tapi ia terlalu berbeda, sampai-sampai sang ayahanda tidak tahu lagi harus ia beri wejangan seperti apa lagi agar putranya itu mau merubah sikapnya. Agar berwibawa seperti kakak-kakaknya. Agar tidak mempermalukannya yang baru-baru ini menobatkan diri sebagai raja kerajaan bawahan Kadiri.

Jangankan raja, yang merupakan ayahandanya. Pengasuhnya saja angkat tangan dengan kelakuan sang pangeran.

Dulu ketika Agnibhaya masih berusia empat tahun, akibat rasa penasaran yang luar biasa menguasai dirinya, anak seusia itu menyelinap keluar dari keraton dan hilang ditelan kerumunan manusia-manusia di tempat yang baru ia ketahui jika itu namanya pasar. Akibatnya, satu keraton gempar mencarinya. Setiap paviliun digeledah, harap cemas jika anak itu sedang menjahili pengasuhnya dengan bersembunyi. Namun nihil hasilnya.

Pengasuhnya panik, prajurit ikut mencari, kabar terdengar hingga paviliun utama dan raja murka. Menuding pengasuh itu tidak becus merawat putranya sembari menyayangkan kebebalan putranya.

Jauh dari kekacauan keraton, Agnibhaya justru sedang berjongkok di depan seorang nenek yang sedang menjajakan dagangannya berupa perhiasan dan ornamen dari kayu. Yang menarik perhatian Agnibhaya saat itu adalah seekor kelinci yang setia menemani nenek tua itu. Di elus kelinci itu dan bertanya, apakah kelincinya sudah diberi makan?

Dijawablah oleh nenek itu, jika kelincinya belum makan.

Agnibhaya yang merasa iba ingin memberikan makanan pada kelinci dan nenek itu. Namun ia tidak memiliki uang sepeserpun. Ia menunduk lemas dan berbisik pada kelinci itu.

"Bagaimana aku bisa membelikanmu makanan?"

Kemudian terlintas sebuah ide. Anak itu meminta sang nenek untuk menunggu dan ia berlari mendekat pada penjual sayuran. Membeli seikat kangkung berukuran sedang dan buah-buahan dalam keranjang. Ditukar olehnya dengan sebuah cincin emas yang ia kenakan. Si penjual kebingungan dan tersenyum bahagia saja ketika anak itu justru pergi dengan keranjang penuh dalam pelukannya. Meninggalkan harta berharga untuk sekeranjang buah dan sayur. Jika saja ia tahu, cincin itu bisa ia gunakan membeli seluruh isi pasar. Namun Agnibhaya kecil tak tahu menahu tentang nilai sebuah cincin emas di mata masyarakat kecil seperti mereka. Si pedagang riang karena mendadak kaya, sedangkan Agnibhaya bahagia karena telah berbuat baik kepada nenek tua.

Sekembalinya dari pasar, Agnibhaya heran. Keraton begitu ramai hari ini, ada apa?

Ia pun mendekat pada kakaknya, Anusapati. 

PARAMITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang