Selamat membaca!
(❁❁)Sang Pangeran muda muda itu saat ini tengah berlari-lari, dikejar sekelompok pencuri. Tunggu dulu! Bukankah seharusnya keadaan berbalik?
Tanpa sadar pemuda dengan pakaian sederhananya tiba di sebuah hutan, tepat pada jalan setapak menuju rumah kakandanya. Seperti sebuah kebetulan dan keberuntungan baginya. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik. Sedangkan dua pencuri itu tersenyum seakan mereka yang akan menghabisi pemuda itu sesaat lagi. Wajahnya garang tapi Agnibhaya yakin sepenuhnya bahwa mereka berdua tidak lebih kuat dari prajurit kelas terendah kerajaan. Atau mereka masih tergolong prajurit lemah yang bahkan tidak layak untuk masuk ke dalam pasukan perang kerajaan.
Boleh Agnibhaya menyombongkan satu hal? Ia pandai dalam seni bela diri sekarang.
"Hutan ini... sepertinya kita memasuki kawasan milik pangeran Tumapel." basa-basi yang pemuda itu lontarkan tidak membuat mereka gentar. Hingga pemuda itu menghela nafas. "Kalian bisa mati di tempat ini,"
"Sebagai pencuri." sambungnya begitu pelan. Kemudian dua pencuri itu tertawa lantang.
"Begitupun denganmu anak muda. Kau juga mencuri dari kami. Kita sama-sama pencuri."
Untuk fakta tersebut benar adanya. Tapi, tujuan mereka mencuri berbeda. Agnibhaya akan mengembalikan perhiasan-perhiasan tersebut pada pemiliknya. Pada seorang wanita asing yang baru tiba di pelabuhan dan sekarang wanita itu sedang meratapi perhiasannya yang menghilang. Perhiasan-perhiasan itu tidak cukup menarik. Bukan emas ataupun batuan permata. Tetapi perhiasan dengan ukiran giok dan perak. Dua pencuri itu pasti tahu nilai dari sebuah perhiasan giok. Mereka paham betul, mana yang lebih berharga dari emas biasa.
Pemuda itu menatap terkejut. "Ah benar, aku pencuri juga." Setelahnya ia tertawa. Menyadari kedua perampok itu tidak tertawa, Agnibhaya berdeham pelan. Pemuda itu maju satu langkah. "Kalau begitu kita damai saja? aku mengenal pangeran itu dan... dia pasti mengampuni tindakanku yang masuk ke dalam wilayahnya tanpa izin."
Lagi-lagi ia berbisik seolah akan ada yang mendengar suaranya. Padahal hutan itu kosong, tidak ada manusia lain selain mereka bertiga. "Aku bisa menyelamatkan nyawa kalian."
Percayalah, Agnibhaya lebih dari kuat menghadapi mereka. Tapi ia selalu dipandang lemah di antara saudara-saudaranya. Karena ia pandai bersembunyi di balik bayangan saudara-saudaranya.
Ketika mereka masih sibuk bernegosiasi. Lebih tepatnya Agnibhaya yang bernegosiasi. Sebuah panah melesat mengenai kantong perhiasan yang dipegang pemuda itu. Hingga kantong tersebut terlepas dan menancap pada batang kokoh sebuah pohon. Pemuda itu akhirnya bisa tersenyum percaya diri sekarang.
"Bagaimana jika kita bertaruh?" tawarnya.
Dua pencuri itu saling bertatapan. "Aku memiliki sepasang anting yang harganya bisa setara isi pasar. Jika kalian bisa mencabut panah itu, anting ini dan perhiasannya menjadi milik kalian. Jika tidak..." Guningbhaya melirik sekilas ke arah dimana si pemilik panah bersembunyi. "Ayolah, sepertinya ada yang ingin membunuh kita dengan panahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
PARAMITA
Historical FictionHistorical Fiction #4 By: AlwaysJe (Slow Update) --------------------------------------------- Pāramitā (Sansekerta) berarti- "kesempurnaan". Kesempurnaan itu tak ada pada dirinya, tapi ada pada hatinya. Ia sempurna untuk orang yang mencintainya. ...