13 [Tanam-Tuai]

319 56 2
                                        

Lama kita tidak berjumpa dengan AgnibhayaAbsen duluu!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lama kita tidak berjumpa dengan Agnibhaya
Absen duluu!!

Selamat membaca!

(❁❁)

Seorang Maharaja dari sebuah kerajaan seperti Tumapel menyembunyikan fakta kesehatannya. Sepanjang malam ia akan terjaga, tidur terganggu oleh mimpi-mimpi mengerikan. Beberapa tabib kerajaan gagal memberikan herbal yang mampu menyembuhkan penyakit sang Maharaja. Namun seorang dayang dari keputren dengan lancangnya membawa seduhan teh ajaib yang mampu memberi ketenangan pada sang Maharaja, hingga ia bisa kembali tidur dengan lelap.

Tidak ada yang tahu, apa yang gadis itu lakukan. Rumor dengan cepat menyebar dan mengatakan bahwa Maharaja bisa menemukan ketenangannya berkat upaya sang dayang. Bisik-bisik mengatakan bahwa mereka melakukan perzinahan. Rudipta, sang dayang tidak membantah, membuat asumsi mereka kian liar dan hampir seisi keraton mengetahuinya.

Selepas memastikan Sang Maharaja terlelap, gadis itu meninggalkan ruangan dengan hening. Memberi hormat tertuju pada ratu Tumapel sebelum benar-benar keluar dari paviliun tempat tinggal Maharaja. Kakinya yang telanjang menuruni tangga hingga ia benar-benar menapak pada bumi. 

Hela nafas keluar dari bibirnya, Rawina kembali melanjutkan langkah kakinya menuju gerbang belakang keraton.

"Aku dayang keputren." Rawina menunjukkan tanda pengenalnya pada penjaga gerbang belakang keraton. Dua penjaga itu mengerti dan memberi jalan pada Rawina. Meskipun mereka ragu membiarkan gadis itu keluar dari keraton dengan tujuan ingin membeli rempah untuk Maharaja. Namun, atas dasar kesehatan Maharaja, permintaan itu tidak mungkin mereka bantah.

"Kau bisa keluar saat hampir fajar saja," usul prajurit penjaga gerbang belakang keraton.

"Apa menurutmu jarak keraton dengan pelabuhan sedekat jalan menuju kali Brantas?" tanya Rawina sembari bersungut kesal. Paling tidak ia harus menghabiskan waktu selama dua hingga tiga hari untuk mendapatkan obat-obatannya. 

"Berbahaya jika kami membiarkan seorang dayang pergi di malam hari. Tunggu saja hingga fajar dan kami juga akan meminta seorang prajurit untuk menemanimu ke pelabuhan." Ini bencana bagi Rawina.

Gadis itu mengeratkan sampiran selendangnya dan bersedekap dada. Ia harus pergi menuju kediaman Ni Jenar terlebih dahulu setelah dari pelabuhan. Sementara jika ada seorang prajurit yang ikut bersamanya, prajurit itu akan memeriksa setiap rempah yang ia beli. Termasuk te beracun yang akan ia berikan pada Ni Jenar.

Ah, Rawina kesal sekali.


Ketika ia memutuskan untuk tidak mendebat prajurit itu, seseorang datang mendekat dan berkata."Aku akan pergi ke pelabuhan"

Seperti angin segar di malam hari. Tatapan mereka saling terkunci satu sama lain dalam beberapa saat. Hingga dengan rasa canggung luar biasa dan patuh, dua prajurit itu mengangguk membiarkan dua manusia itu pergi meninggalkan keraton. Tanpa perdebatan dan tanpa pengawalan prajurit.

PARAMITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang