16 [Dusta]

148 33 0
                                    

Aku akan double up, jadi ramein yaaSelamat membaca!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku akan double up, jadi ramein yaa
Selamat membaca!!

☆*:.。..。.:*☆


Sudah sewajarna kehidupan berjalan tak seindah bayangan dan harapan. Tak semata hanya karena umatnya berdoa lantas Dewa mengabulkan setiap keinginannya. Tidak seperti itu.

Bahkan seorang Raja pun tidak berhak menuntut atas kelimpahan harta dan kenikmatan dunia begitu saja kepada sang Dewa. Tidak hanya karena satu titahnya, maka seisi dunia adalah miliknya. Bahkan Raja pun derajatnya sama dimata penciptanya.

Ken Arok, seorang maharaja yang begitu tangguh, seorang yang dikenal sebagai pahlawan rakyat Tumapel, justru mati tertusuk kerisnya sendiri. Sungguh ironi.

Maka, semestinya seorang maharaja tak muluk akan kenikmatan duniawinya semata. Makin tinggi kastamu, makin dekatkan diri kepada tuhanmu. Serakah bukanlah sifat seorang Raja yang disanjung rakyatnya.

Tapi, mengapa ambisi itu ada?

Bertahun-tahun Rawina hanya ingin menemukan jawaban atas tanda tanya dalam dirinya. Mengapa keluarganya hancur lebur tak bersisa? berulangkali ia bertanya dan berdoa mengharap jawaban pada Dewa. Hanya saja waktu tetap berjalan tanpa ia menemukan satupun jawaban.

Sampai pada hari dimana ia menyaksikan hari terkelam dalam hidupnya. Bagaimana darah merembes membasahi tanah alun-alun dan bilah pedang tajam algojo yang meneteskan darah-darah dari pada pengkhianat. Rawina tak mampu lagi menangis disana, ia hanya berdiam diri menyaksikan betapa mengenaskannya  mereka yang sebagian harus mati tanpa tahu kesalahannya. Mereka yang harus rela kepalanya terpenggal sebagai pengkhianat, nyatanya mereka hanya sekelompok manusia yang berusaha menyambung hidup mereka. Dimana semua bermula dari yang orang-orang sebut 'pengkhianatan'.

Rawina saksinya.

Sebab itulah ia ingin sesegera mungkin membalaskan dendamnya. Kepada keluarga keraton. Kepada orang-orang yang bertanggungjawab atas kesengsaraan hidupnya. Rawina berjanji akan membawa kehancuran pada orang yang melakukan semua ini padanya.

☆*:.。..。.:*☆

"Anusapati ingin menjadikan Rawina sebagai selirnya."

Agnibhaya berdecih dan menyesap teh dari cawan tembikar yang indah berwarna gading dengan ornamen kebiruan. Ni Jenar menjamunya dengan sangat baik, seperti halnya ia seorang raja. Sekalipun ia salah satu dari keturunannya, atau memang ia takdirnya kelak menjadi seorang raja.

"Bagaimana dia bisa menikahi maharaja, sementara pihak kerajaan akan bersikeras menolak usulan itu?" Dari suaranya Agnibhaya terdengar sedikit mabuk, namun ia masih dalam kendali. 

"Semua selir maharaja dicampakkan dalam satu malam percintaan. Mereka semua anak dari para pejabat pemerintahan, tapi status mereka tidak lebih dari pajangan. Rawina? seorang dayang yang hidup sebatang kara? lebih buruk, dia adalah gadis yang kau sembunyikan Ni." Agnibhaya melanjutkan kalimatnya.

PARAMITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang