Selamat membaca!
(❁❁)Sang Bhatara telah kembali pada pangkuan Siwa. Dikenal seluruh rakyat atas kemurnian jiwanya dan keberaniannya menghancurkan kebatilan demi jalan Dewa yang telah ditentukan. Dialah anak Siwa yang diberkahi kelahirannya walau hidupnya penuh liku berduri. Namun darahnya mengalir pada anak cucunya. Jiawanya, sifatnya, keberaniannya dan kebijaksanaannya kelak akan membawa Jawa pada keagungan tiada tara.
Maka biarlah Dewa Surya yang kini menerangi isi candi tersebut. Sebagai teman terakhir sang maharaja yang gugur di atas tahta.
Agnibhaya menatap pada ukiran Dewa Surya pada langit-langit candi. Kemudian menatap pada arca Dewa Siwa di depannya. Doa tidak pernah lupa ia sematkan pada sang ayahanda. Ia akan kembali saat purnama hampir sempurna. Ia akan berdoa kembali di tempat yang sama. Berkali-kali, tanpa batas waktu kapan ia akan berhenti.
Sang Hyang Adi Buddha akan menjaga kesucian beliau dalam candi itu.
"Hidup tidak selalu tentang harta, raden. Maharaja dulu adalah bandit dan penjudi, namun beliau miskin. Miskin demi menghidupi rakyat yang jauh lebih miskin," ucap Brahmana yang menemaninya setelah selesai berdoa.
"Saya mengagumi ayahanda, tetapi saya benci memenuhi harapannya," balas Agnibhaya berterus terang.
"Tentu, Raden memiliki hak atas hidup anda sendiri."
"Saya akan kembali ke Kutaraja." Agnibhaya tersenyum tipis berpamitan.
Kuda hitam milik Maharaja masih hidup walau sudah cukup tua. Agnibhaya lebih memilih untuk tetap merawatnya dan membawanya kemanapun ia pergi. Walau tak setangguh ketika kuda itu masih muda, tapi keberadaannya adalah sejarah.
"Saya akan kembali lagi dilain waktu,"
Brahmana tersebut tersenyum bijak. "Datanglah kapanpun Raden senggang. Kirimkan doa untuk Maharaja agar beliau tenang di nirwana."
Tanpa menjawab, Agnibhaya bergegas memacu kudanya meninggalkan area percandian yang belum rampung sepenuhnya itu. Kagenengan dibangun dan selesai tanpa perlu waktu cukup lama. Hanya perlu menunggu untuk kompleks percandian itu menjadi sempurna. Dan tinggal menunggu candi di Usana rampung, maka prosesi pendharmaan sang Maharaja benar-benar selesai.
Tidak ada pangeran yang rela menempuh jarak jauh hanya demi menemui sang ayahanda yang telah berubah menjadi abu. Hanya Agnibhaya seorang. Hanya Agnibhaya yang akan tetap setia mengabdi pada sang maharaja.
Sebab Agnibhaya menghormatinya.
Agnibhaya mengaguminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARAMITA
Historical FictionHistorical Fiction #4 By: AlwaysJe (Slow Update) --------------------------------------------- Pāramitā (Sansekerta) berarti- "kesempurnaan". Kesempurnaan itu tak ada pada dirinya, tapi ada pada hatinya. Ia sempurna untuk orang yang mencintainya. ...