☆*:.。..。.:*☆
Ni Jenar hanyalah wanita biasa sebelumnya. Hanya seorang wanita yang dinikahkan pada seorang pegawai dan hidup selayaknya wanita bangsawan.
Kehidupan pernikahan tanpa percintaan di dalamnya merupakan hal yang lumrah. Mereka para wanita akan menikahi siapapun yang menurut kedua orangtua mereka adalah pilihan tepat sebagai suami. Masa depan yang ditentukan dan tidak berhak sedikitpun mengharap adanya cinta.
Sampai, Ni Jenar mendapatkan firasat sebelum malam pernikahannya, bahwa hidupnya tidaklah seberuntung harapannya. Siapa orang yang akan menjadi suaminya dan bagaimana dirinya akan diperlakukan kelak. Apa suaminya bisa menerima dirinya atau justru sebaliknya? Bisa jadi Ni Jenar yang tidak bisa menerima suaminya.
Lalu, malam pernikahannya tiba. Semua orang berpesta pora, menari dengan iringan gamelan serta kidung yang dinyanyikan dengan merdu. Tawa gembira serta ucapan selamat menjadi pengisi malam. Terlebih Ni Jenar yang tidak mengharap lebih akan pernikahan sempurna, justru mendapat sesuatu yang melampaui harapannya.
Suaminya gagah, bertubuh tinggi dengan kulit gelap, usia mereka terpaut sepuluh tahun. Walau tak cukup rupawan, tetapi dia seorang dari kasta ksatria. Lantas nikmat mana yang bisa Ni Jenar dustakan selain fakta bahwa dialah istri pertama pria itu. Tatapan yang suaminya berikan begitu memabukkan Ni Jenar dan mereka hidup dengan kemewahan juga keharmonisan.
Tetapi. Seindah apapun tembikar dan semahal apapun harganya, bila pecah berkeping-keping, maka tembikar itu sudah tidak lagi memiliki nilai.
Seperti Ni Jenar yang dikenal akan keelokannya dan menjadi wanita yang diperebutkan untuk dinikahi. Ketika seorang pegawai berhasil mendapatkan sang bunga desa, mereka selalu menatap dengan rasa iri hati. Andai mereka tahu, tak lama kemudian, Ni Jenar justru dicampakkan.
Ingatlah, pernikahan tanpa cinta tidak akan pernah berakhir bahagia.
Seketika Ni Jenar menyadari bahwa kecantikan atau apapun yang diagungkan banyak orang tidak berarti jika suaminya tidak menginginkan dirinya. Ni Jenar disebut sebagai wanita tak sempurna sebab ia tidak bisa memberi suaminya seorang anak. Empat tahun pernikahannya, sang suami membutuhkan seorang penerus, ia membutuhkan seorang anak laki-laki, tetapi apa gunanya seorang istri yang jelita jika tidak bisa memberinya keturunan.
Maka, Ni Jenar diabaikan dan dibuang begitu saja. Sang suami memutuskan untuk pindah ke wilayah yang bersebrangan dengan Kutaraja. Meninggalkan istrinya, seolah lupa jungkir baliknya untuk bisa meminang sang wanita.
Lebih-lebih sang suami rupanya berhasil menemukan cintanya dan setahun setelah itu putranya lahir. Ni Jenar begitu sakit hati. Ia dibuang dan dipermalukan oleh suaminya sendiri. Hingga ia memikirkan cara untuk membalaskan rasa sakit hatinya itu.
Sang suami terkenal sebagai seorang yang begitu menyukai tuak dan hanya Ni Jenar yang begitu pandai membuat tuak kesukaannya. Muncul sebuah siasat untuk menghancurkan sang suami beserta keluarganya. Sebab rasa sakit hati yang begitu mendominasi dan Ni Jenar enggan untuk merasakannya sendiri. Sakit hati itu harus dibalas dengan rasa sakit hati yang sama. Terlebih saat Ni Jenar dapat melihat kebahagiaan yang nyata dalam keluarga itu, sementara ia harus menerima hinaan serta celaan akibat pengkhianatan yang dilakukan suaminya. Ia tidak akan membiarkan mereka bahagia begitu saja sementara ia menderita.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARAMITA
Historical FictionHistorical Fiction #4 By: AlwaysJe (Slow Update) --------------------------------------------- Pāramitā (Sansekerta) berarti- "kesempurnaan". Kesempurnaan itu tak ada pada dirinya, tapi ada pada hatinya. Ia sempurna untuk orang yang mencintainya. ...