Selamat Membaca!
(❁❁)Agnibhaya berusia lima tahun. Anak sekecil itu menyaksikan bagaimana saudaranya saling beradu. Mahisa dengan Tohjaya. Mereka tak mengenakan keris ataupun belati. Namun hanya berandal tangan kosong dan kekuatan masing-masing. Saling menyerang memukul dan ditonton oleh lebih banyak orang. Sebab mereka bertengkar adalah siapa yang paling berhak mendapatkan kesempatan berburu bersama ayahanda mereka esok. Mendapatkan pengakuan dengan pergi berburu bersama, begitulah mereka menunjukkan kebolehan sebagai pewaris.
Agnibhaya hanya mengamati hingga mereka lelah kemudian menyerah. Barulah ayahanda yang rupanya telah mengamati kedua putranga bertengkar datang menghampiri. Tangan bertepuk bangga sebab tak ada yang kalah ataupun menang. Pria gagah dengan pakaian mewahnya itu mendekati Agnibhaya yang berdiri sembari memeluk kelincinya.
Ken Arok tahu jika putra kecilnya menyukai kelinci, sebab itulah setiap berburu ia akan menawarkan pada putranya apa ia perlu kembali membawa kelinci? Namun alih-alih menerima, Agnibhaya justru menolak. Ia berkata bahwa ia sendiri yang akan menangkap kelincinya di hutan.
"Aku pergi bersama kalian berdua, apa mungkin Agnibhaya kecil ingin ikut berburu?" tanya Ken Arok lembut.
"Silahkan nikmati waktu ayahanda bersama kakanda Mahisa dan juga kakanda Tohjaya." anak itu menjawab pelan dengan kalimat yang tertata. Semakin lebar senyum yang Ken Arok tunjukkan, namun Agnibhaya tidak bisa melihatnya.
Kelima saudaranya menatap Agnibhaya. Ada dari mereka yang merasa iri diperlakukan begitu lembut oleh Ken Arok. Mereka berfikir awalnya jika Agnibhaya masih kecil itulah mengapa Ken Arok berisikap baik. Namun, semakin lama mereka menyadari jika ada hal yang membuat ayahanda mereka condong menyayangi Agnibhaya. Ada terlalu banyak kemiripan antara Agnibhaya dengan Ken Arok, bahkan Permaisuri menyadari itu. Tutur Agnibhaya lembut, parasnya tampan, perilakunya baik, kepribadiannya teguh. Kesempurnaan itu nyatanya tersembunyi dan tak ada orang lain yang menyadari selain orangtuanya sendiri.
"Kakanda akan membawakanmu buah-buahan atau--" Tohjaya buru-buru memotong kalimat Mahisa membuat pemuda itu menatap jengkel kakak beda ibunya itu.
"Kau suka buruan ikan, bukan? Kakanda akan menangkapnya untukmu di telaga."
Ken Arok menggeleng pelan. "Kalian berdua berhenti!"
"Kembalilah ke paviliun dan beristirahat!" titah sang penguasa Tumapel kepada dua putranya.
Agnibhaya menatap kepergian kedua kakaknya dengan terheran. Namun selanjutnya ia melepas anak kelinci di gendongannya, dan beralih pada Ken Arok untuk berpamitan.
"Kembali bersama ayahanda?" tawar Ken Arok begitu Agnibhaya hendak berbalik sendirian. Anak itu menatap ragu-ragu ayahandanya, sampai tatapan penuh kasih yang menenangkan itu menyambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARAMITA
Historical FictionHistorical Fiction #4 By: AlwaysJe (Slow Update) --------------------------------------------- Pāramitā (Sansekerta) berarti- "kesempurnaan". Kesempurnaan itu tak ada pada dirinya, tapi ada pada hatinya. Ia sempurna untuk orang yang mencintainya. ...