08 [Luka]

233 56 3
                                    

Selamat membaca!(❁❁)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca!
(❁❁)

Malam itu candra tak begitu menampakkan sinarnya. Mendung menutup langit dan menghalangi sang candra untuk bersinar walau bentuknya tak lagi sempurna. Samar-samar kerlip bintang nampak namun tak mampu seterang candra. Tak mampu menerangi gelapnya suasana petirtaan malam itu.

Kala dingin mulai menyentuh kulit, sang pangeran tetap menenggelamkan tubuhnya ke dalam air. Dingin tak sebanding dengan perih yang menjalar di sekitar tubuhnya. Luka yang tak cukup dalam namun menyisahkan bekas dan rasa perih yang tidak pernah ia duga. Rupanya ia salah dengan bersikap kuat seolah menang sudah menjadi jawabannya.

Agnibhaya dapat menemukan segaris merah dengan darah mengering pada bahunya. Berkali-kali abdinya memohon agar Agnibhaya membersihkan lukanya dan mengobatinya. Namun Agnibhaya enggan. Pemuda itu justru semakin nyaman bersandar pada dinding petirtaan dan memandang pada langit yang dipenuhi gemerlap bintang.

Suara malam dan gemericik air menjadi alunan yang menenangkan. Ia tidak butuh seniman agar ia bisa tertidur nyaman. Agnibhaya hanya butuh suara alam untuk bisa membuatnya lelap.

(❁❁)

Agnibhaya pernah mendengar dari nenek penjual bunga di pasar. Tentang wanita yang akan ia berikan asoka ketiga. Bukan. Bukan yang akan ia temui sekarang. Karena gadis itu lebih menyukai mawar dibanding krisan.

Krisan yang melambangkan keindahan. Sedangkan mawar adalah lambang ungkapan perasaan. Namun, bukan itu alasan utamanya. Mawar nampak seperti gadis itu sedangkan asoka tidak. Setiap bunga memiliki artinya bagi seseorang. Tidak semua sama. Karena itu Agnibhaya mengaguminya namun bukan dia orangnya.

Kinanti, putri Mpu Paran. Sosok guru yang menjadi panutan para pangeran Tumapel, meninggalkan seorang putri yang sayang untuk Agnibhaya abaikan. Mereka punya lebih dari cukup waktu untuk sekedar berbincang dan mengenal satu dengan yang lainnya. Terlebih, Agnibhaya mengenal betul sosok yang selalu diagung-agungkan kemolekannya oleh saudaranya. Kinanti adalah pusat dunia Panji Saprang... dan Mahisa.

Istimewa putri Mpu Paran. Diperebutkan cintanya oleh dua pangeran sehebat Panji Saprang dan Mahisa. Terlalu muluk untuk gadis hanya anak dari seorang panglima keraton. Kinanti tidak lebih istimewa dari gadis berkasta ksatria biasa.

Kinanti gadis sebatang kara. Dipaksa menikahi Mahisa karena obsesi yang menghantarkannya pada kursi selir kerajaan Kadiri.

"Kenapa yunda bertahan sejauh ini? tidak ada yang namanya cinta jika keduanya saling terluka." Agnibhaya meletakkan bungkusan mawar pada Kinanti.

Seperti seorang yunda yang sebenarnya, Kinanti menyayangi Agnibhaya seolah anak itu adalah adiknya sendiri. Perkenalan panjang mereka membuat Kinanti terhibur akan kehadiran sosok Agnibhaya dalam kesepiannya. Sesekali Agnibhaya akan berkunjung untuk bercerita, memamerkan bayi kelinci peliharaannya, berbagi kudapan dan bersembunyi setelah menciptakan keributan.

PARAMITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang