Benci Kamu

656 64 5
                                    

Typo bertebaran

Jangan lupa baca cerita  yang lainnya ya.

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

~Lidwinsetya~

Melepasmu (tamat)
Ada Cinta dalam luka (Terbit)
Don't leave me (on going)

Mengulang untuk waktu yang telah terbuang, mengharap ketika waktu dapat di putar ulang. Rasanya itu tak mungkin terjadi bukan! Rasyid menatap tajam lelaki yanģ sudah hampir enam puluh tahun  itu lelaki yang telah menorehkan luka berkepanjangan.

Dengan tatapan sendu Rasyid beralih melihat wanita yang di cintainya berada tepat di dekat laki-laki tersebut. Untuk apa? Untuk apa mereka kumpul di tempat Rasyid tinggal.

Tak lupa juga wanita yang selama ini bertahta di hatinya dan mampu menggetarkan seluruh persendian  berada di dekat dia juga. Seakan mereka sepaket untuk memberikan ultimatum kepada Rasyid.

Kebungkaman Rasyid serta hari-harinya  yang meremas punggung Hana. Mungkin Hana menyadari hal itu. "Bang, sakit. "baru saja Rasyid mendesis dalam hati namun Hana sudah mengingatkannya karena terlalu erat. Hingga remasan terasa begitu kuat di punggung nya.

Ucapan lembut masih dapat Rasyid dengar ketika Aila berbicara padanya. Tanpa melihat dia berada di antara kami. Muak sekali rasanya ketika harus berada di tempat yang sama. Ingin rasanya jam ini cepat berlalu dan tentunya Rasyid tak harus bertemu dengannya.

"Bang, kenapa gak bilang kalau adek ada di sini" Aila berbicara lembut dengan lawan bicaranya, yang tak lain adalah putranya sendiri.

'Àmma jika engkau tau rasanya jadi aku mungkinkah saat ini Amma masih membawa orang yang  paling aku benci berada di sekitarmu' ingin rasanya Rasyid berteriak di depan merrka semua. Namun perkataan itu hanya sampai di kerongkongan saja. Rasyid tidak pernah berbicara kasar di depan  ibunya, Rasyid tidak pernah pula menaikkan intonasi bicaranya ketika dengan Aila.

"Hmmmmm" hanya itu yang mampu Rasyid jawab. Susah sekali mulutñya di gerakkan hanya sekedar kata iya atau tidak.

"Abang lagi sakit gigi" Zahwa pun ikut mengomentari.

'Ah gadisku yang satu ini kenapa juga ikut dalam paket komplit nano-nano.'

Bisakah mereka mengerti keadaan Rasyid? Ah rasanya tidak mungkin mereka mengerti. Buktinya dia masih terus saja menampakan wajahnya di hadapan Rasyid.

Mood Rasyid langsung terjun bebas ketika ucapan itu meluncur kembali. Mengapa tidak dia bungkam saja mulutnya, lalu kunci kedua  sudut bibirnya. Agar tidak mengeluarkan kata barang satu kata pun.

Benci, ya Rasyid sangat membencinya. Kenapa dia tidak mati saja saat itu dan kenapa harus Bubu yang lebih dulu pergi. Andai, kata andai yang selalu menari-nari di kepala Rasyid, yang tidak mungkin menjadi kenyataan. Kebahagiaannya seolah di rampas begitu saja, padahal kebahagiaan itu baru saja di mulai.

Hana masih berada dalam pelukan Rasyid tak ingin ia melepaskan Hana walau dalam sekejap saja.  Rasyid tidak membenci adik-adiknya, karena mereka juga korban sama hal nya sepertinya.

Rasyid tidak memungkiri dalam keadaan seperti ini matanya tak ingin lagi terbuka ketika ada dia di sekitar Rasyid.

Padahal Papah Danang selalu memberikan nasehatnya agar Rasyid memaafkan semua kesalahan dan mulai berdamai dengan keadaan. Namun, ketika melihatnya justru hanya kesakitan yang Rasyid rasakan.

Let's End 3 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang