بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Karya_ by" Lidwinsetya "Bagaimana aku bisa, bagaimana aku mampu.Sesulit itukah hanya untuk sekedar melihatmu. Ragaku tak lagi kuat. kini ia rapuh bersama perginya cintamu. Aku menyadari semua salahku. Aku Menyadari semua khilafku.
Kasih, maafkanlah aku, maaf telah begitu melukaimu.
Melukai perasaanmu dan hatimu. Maafkan lah aku, masih mengharapkanmu,mendambakan dan menginginkanmu ada di sini.~Rasyid Misdaq Albagaz~
Typo bertebaran
🥀
Berliku, kata yang mungkin tidak bisa di jabarkan dengan untaian kalimat panjang, karena kehidupan di dunia tidak selalu berjalan mulus. Misteri tentang kehidupan dan kematian amatlah rahasia. Hanya Allaah Azza Wa Jalla yang mengetahui. Manusia berada dalam genggamannya.
Tidak mungkin pula kehidupan yang di dominasi oleh keinginan semu dunia akan memiliki muara bahagia. Dunia itu selalu menipu mata manusia, terlihat indah padahal aslinya adalah tumpukan sampah.
Dua tahun berlalu dalam kegelapan, hati merasa gersang dan kosong menjadi teman dalam kesendirian. Rasyid masih tetap menggunakan kursi roda, memutuskan untuk menetap di Swiss bukanlah satu-satunya cara menyelamatkan hati istrinya. Tapi karena rasa terpukul mengetahui bahwa dirinya tak lagi sempurna.
Putranya yang kini menginjak usia satu tahun enam bulan. Begitu persis wajahnya dengan dirinya. Rasyid selalu di buat tersenyum oleh tingkah putranya itu.
Sampai saat ini, Rasyid merindukan putrinya yang tak bisa ia sentuh. Rasyid berjanji akan berlari memeluknya ketika ia bisa berjalan kembali.
Hubungannya dengan Nabila? Wanita itu seolah tak ingin melihatnya. Sampai saat inipun Nabila tidak pernah sekalipun ia lihat. Pikirannya sempat menerawang. Kemana nabila? Mengapa hampir semua keluarganya tidak membicarakan Nabila. Mengapa semua seakan menutupi dan berusaha melindungi Nabila.
"Bang, are you, ok?" Rasyid menganggukan kepala nya pelan.
"Gak mau cerita?"
Hana, adik perempuan yang selalu menanyakan kabarnya, menanyakan tentang keadaannya, sering berbagi cerita. Hingga Rasyid lancar berbicara setelah fase yang amat berat ia lewati.
"Bang, Kakak ngerti kok, Kakak pernah merasakan hal yang sama. Ketika lagi dan lagi hati Kakak di hancurkan, di khianati, di sakiti. Bukan hanya non verbal, kekerasan verbal pun Kakak pernah merasakan. Bang, rasa sakit mungkin bisa hilang dengan cepat. Tapi____"ucapnya meragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's End 3 (Tamat)
Lãng mạnSekuel "melepasmu" siapa bilang aku bahagia, siapa bilang aku tidak memendam luka, kenyataannya hati ku sakit. didalam darahku mengalir darah winata didalam gelar namaku tercantum gelar albagaz Rank#1 elegi Rank#3 cerpen mei 2022