"Lucid lovers me and you,
A deal of matchless value.
I was always quick to admit defeat,
Empty statements of bones and meat.And my heart, it shook with fear.
I'm a coward behind a shield and spear."I Am the Antichrist to You - Kishi Bashi
"Iya, Ma. Ini baru selesai beres-beres kontrakan. Barang-barang, kan, baru sampe tadi malem." Mika memindahkan PlayStation yang diboyongnya ke Bali setelah memutuskan pindah untuk membangun usaha bersama teman kuliahnya, Jibran. Setelah mengeluarkan isi kardus terakhir, Mika mengambil laptop dari ranselnya beserta kabel pengisi daya. Sebuah kotak persegi kecil jatuh dari tasnya ke atas tempat tidur membuat Mika mati rasa. Pertemuan dengan Lola masih terasa begitu pahit dalam ingatannya.
Bertemu tidak sengaja di acara akikah anak Diane, Jibran dan Mika membicarakan banyak hal hingga akhirnya sampai pada Mika yang berkata baru saja keluar kerja.
Jibran yang baru saja memulai usaha sebuah toko hobi, menawarkannya pada Mika, karena Jibran belum berani melepas seratus persen pekerjaannya dan membangun usaha sampingan butuh waktu dan perhatian yang tidak sedikit. Mika setuju untuk membantu, paling tidak hingga Mika tahu apa yang ingin dilakukannya. Selain itu, Mika bisa memberi tahu Lola agar suatu saat wanita itu bisa pindah ke sana. Mulai menjalani hubungan serius dengan Lola ketika Mika bisa berdiri di atas kedua kakinya sendiri akan lebih mudah bagi mereka.
Setelah dengan senang menerima tawaran itu dan membicarakan detail serta rencana yang dibuat oleh Mika selama seminggu penuh, akhirnya Mika memutuskan untuk mengunjungi Lola selesai makan malam bersama Jibran dan istrinya.
Lola masih belum mau bicara. Setelah Pak John meninggal dunia sebulan lalu, Lola kembali membangun dinding yang tidak bisa Mika lewati. Tidak ada pintu yang bisa Mika ketuk di dinding itu dan Lola kembali menjadi dirinya yang dulu. Tidak ada harapan bahwa Lola akan mulai bicara padanya dalam waktu dekat.
Sampai di rumah Pak John pukul delapan malam lebih lima belas menit, Mika tidak melihat mobil Yūya terpakir seperti biasanya. Satpam pun hanya mempersilakan Mika masuk seperti biasa dan setelah melangkahkan kaki melewati pintu depan, rumah besar itu terasa begitu sepi dan dingin. Terlepas puluhan bohlam lampu yang masih menyala, rasanya tidak mampu membuat suasana hunian itu hidup setelah pemiliknya pergi.
Mika mengetuk pintu kamar Lola karena tidak menemukannya di ruang tengah, tidak lama wanita itu membukanya. Sepertinya Lola baru saja selesai makan karena piring di atas nampan masih diletakkan di nakas. Satu set makanan ala Jepang itu sangat khas dibuat oleh Yūya. Memperhatikan Lola dan Yūya berminggu-minggu tinggal bersama, sepertinya berbeda dengan Lola dan Mika yang yang tidak bisa memasak, Yūya sangat cakap di dapur.
"Kamu sendirian?" Mika merapatkan kedua bibirnya, merasa bodoh karena bertanya ketika tahu Lola tidak akan menjawab. Tangannya mengepal saat Mika berjalan menuju kursi meja rias di kamar Lola. "Lola, aku gak perlu jawaban kamu sekarang, tapi aku mau kamu dengar—"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Man ✔
ChickLitHampir tiga tahun menjadi sekretaris direktur muda di perusahaannya, Mikael tidak sengaja menyaksikan sang bos, yang selama ini dikenalnya galak dan tidak berperasaan, patah hati. Mengambil hal itu sebagai kesempatan untuk mengubah sifat Lola sang d...