13|The Doubt

2.9K 383 27
                                    

"Tonight with words unspoken,
You say that I'm the only one.
But will my heart be broken,
When the night meets the morning sun?"

Will You Still Love Me Tomorrow? - Carole King

Lola membereskan bajunya dalam diam, begitu juga Mika yang sedang membantu membereskan barang-barang yang lain, seperti pengering rambut dan sampo yang Lola minta tolong untuk masukkan ke dalam tas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lola membereskan bajunya dalam diam, begitu juga Mika yang sedang membantu membereskan barang-barang yang lain, seperti pengering rambut dan sampo yang Lola minta tolong untuk masukkan ke dalam tas. Saat Mika kembali, Lola sedang menggenggam kaus miliknya. Memang beberapa minggu ini, dengan Mika yang terkadang tidur di apartemen Lola maupun sebaliknya, ada beberapa pakaian yang tertinggal di lemari masing-masing.

"Baju ... saya, Bu." Mika mengulurkan tangannya, tapi tangan Lola bergeming, hanya menatap tangan Mika dan matanya bergantian.

"Saya simpan, ya?" tanya Lola, dengan samar Mika mendengar permintaan dalam nadanya. Mika tidak benar-benar tahu untuk apa, kaus itu bukan kaus baru, modelnya pun tidak luar biasa, hanya ada lambang merek busana olahraga cukup terkenal yang Mika beli saat ada diskon akhir tahun. Mika mengangguk, menyetujui pertanyaan Lola dan wanita di depan Mika tersenyum sebelum memasukkannya ke dalam koper.

Setelah setumpuk barang Lola selesai dikumpulkan di ruang tengah, Mika menatap Lola, kemudian menaruh tangan di tengkuknya. "Saya balik ke apartemen."

Sebenarnya Mika tidak berharap apa-apa. Meski kemarin Lola berkata bahwa wanita itu tidak mau pergi dari sini, bukan berarti semua akan tetap sama. Bukan hanya perkara lingkungan kerja dan tempat tinggal, tapi juga pengawasan Lola yang dilakukan oleh Pak John. Selain Mika yang belum tahu jelas perasaan Lola padanya. Mika menyalahkan perasaannya untuk Lola yang membuatnya uring-uringan seperti remaja kasmaran meski tampak luar Mika berusaha kalem. Composure on the outside, catastrophe on the inside.

"Mika," panggil Lola, "bisa kita bicara dulu?"

Mika berbalik dan Lola berdiri dengan mantap di tempatnya, tampak tidak gugup sedikit pun. Berbeda dengan Mika yang jantungnya sudah seperti akan terjun keluar jendela. "Bicara ... soal?

Kedua bahu Lola terangkat. "Just, talk."

Tak lama, keduanya duduk di ruang tengah. Dengan televisi menayangkan film yang tidak Mika kenal dengan keadaan volume kecil. Mika mendengar Lola berdeham sebelum mulai bicara, "So, we crossed the line the past few weeks and we even had sex these past few days. Kamu gak bisa gini terus, Mika."

Tentu saja, Lola akan membicarakan hal itu, kemudian meminta Mika untuk melupakannya ketika mereka sampai di Bandung. Mika menjatuhkan pandangannya ke tangan, menjawab Lola sekenanya, sudah tidak berminat dengan percakapan ini, "Sure."

"Aku bisa sembunyiin perasaanku, tapi kalau kamu terus lihat aku kayak gitu, Pak John bisa tahu," lanjut Lola.

Of cou— Tunggu, Lola bilang apa barusan?

The Man ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang